Bibi Bertangan Satu

Anak semata wayangnya benci dia. Dia tampak seolah sangat memalukan. Dia memunguti bulir padi dan buah sawit yang rontok untuk mempertahankan kehidupan mereka.

Pembunuhan Lanza

Amerika menjabat tangan anda dengan hangat tapi menyembunyikan belati dibalik punggung mereka..

Secangkir cokelat

entah, tapi ada sedih yang tersisa ... ada rasa yang tertinggal ... di ujung jari, ujung lidah, dan pelupuk mata ... entah, ada sebersit wajah, dan ubin-ubiin putih

Asal mula Danau Toba ( Legenda )

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kesendirian dalam merenung

Bening dan lembut Meliuk indah seolah bayangan Putri sungai dengan mata air kecilnya Cantik… bak teratai bermahkota mawar

Jumat, 28 Mei 2010

Pemikiran Negara Islam

Pemikiran Negara Islam
Soekarno dan Natsir

Latar Belakang.
Indonesia yang merdeka pada tahun 1945 adalah sebuah negara yang berbentuk Kesatuan. Hal itu berdasarkan kesepakatan para founding fathers kita yang telah berjuang melalui berbagai cara baik diplomatk maupun konfrontasi fisik. Dalam sidang BPUPK (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan) dibahas berbagai persiapan untuk kemerdekaan Indonesia. Topik bahasan itu antara lain adalah mengenai bentuk negara, batas negara, dan dasar negara. Mengenai dua poin bahasan pertama tidak terjadi perdebatan yang berarti, tetapi untuk bahasan mengenai dasar negara terjadi pembahasan yang alot dan perdebatan yang sengit.

Perdebatan itu muncul ke permukaan sekitar tahun 1940-an dan terjadi antara dua tokoh besar saat itu yaitu Soekarno dan Natsir. Perdebatan tentang dasar negara berkutat pada dua pemikiran mereka yang bertolak belakang satu sama lain. Soekarno menganggap bahwa negara harus dipisahkan dari agama. Kelompok yang mempunyai ide yang sama dengan Soekarno sering disebut Kaum Nasionalis Sekuler. Pemikiran yang bertolak belakang diperlihatkan oleh Natsir yang menganggap bahwa persoalan negara tidak dapat dipisahkna dari agama (dalam hal ini Islam). Kelompok yang mempunyai ide yang sama dengan Natsir sering disebut Kaum Nasionalis Islam. Keduanya sebenarnya mempunyai satu cita-cita yang sama untuk membangun negara ini. Tetapi keduanya mempunyai pandangan yang berbeda dalam menentukan dasar negara ini.







Sosialisasi Politik Soekarno dan Natsir

Masa kecil Soekarno lebih banyak dihabiskan di Tulung Agung (Kediri). Sebelumnya ia tinggal bersama orang tuanya di Surabaya. Tetapi pada usia sekitar lima tahun ia pindah ke Kediri dan tinggal bersama kakeknya. Pada saat itu ia sering diajak oleh kakeknya menonton wayang. Kakeknya ingin mewariskan kecintaannya pada mitologi Jawa klasik itu. Saat itulah Soekarno mulai tertarik. Ia sangat menyukai cerita tentang kisah Mahabarata. Tokoh yang sangat ia kagumi adalah Bima. Bahkan ia mengidentifikasikan dirinya sebagai Bima. Itu adalah awal internalisasi nilai-nilai yang nantinya menjadi dasar pemikiran dan perjuangan bagi Soekarno.[1] Lain lagi halnya dengan pengaruh Barat yang juga mempengaruhi Soekarno. Soekarno kecil tidak pernah mendapatkan pelajaran agama baik formal maupun informal. Keluarganya lebih ke arah kejawen. Wajar apabila pemikiran-pemikirannya di masa selanjutnya tidak mempunyai dasar agama yang kuat. Soekarno banyak mencicipi bangku sekolah Belanda. Tetapi saat itu ia justru mengalami sebuah pengalaman yang memperlihatkan diskriminasi bangsa Barat kepada kaum Bumiputera. Selain hal di atas, ia juga pernah mengalami sosialisasi politik liannya. Seperti bergabungnya ia dengan aktivitas politik di Trikoro Darmo. Sosialisasi politiknya semakin kuat saat ia mondok dan diasuh di rumah tokoh utama Sarekat Islam yaitu Tjokroaminoto. Di sana ia mulai berkenalan dengan berbagai tokoh antara lain adalah Ki Hajar Dewantara, Agus Salim, dan lain-lain. Soekarno mendapat berbagai pengaruh pemikiran Barat dalam hidupnya. Hal itu ia peroleh ketika berseolah di sekolah asing. Persentuhannya dengan berbagai pemikiran itu membawa pengaruh kuat dalam pemikiran Soekarno nantinya.

Natsir memperoleh sosialisasi politik yang berbeda dengan Soekarno. Ia lahir dari keluarga Minang dan dibesarkan dalam kebudayaan dan adat Minang. Keluarganya sangat menekankan tentang pentingnya beragama dan menjalani ajaran agama. Oleh karena itulah masa kecilnya dihabiskan dengan berbagai kegiatam dan pelajaran agama disamping sekolah formal yang ia ikuti. Pengaruh budaya Minangkabau juga sangat lekat dalam sosialisasi politik Natsir. Latar belakang sejarah pergerakan Islam di Minang juga menjadi fokus utama. Karena pada masa sebelum Natsir lahir pada tahun 1908 di Minang sedang terjadi sebuah gerakan pembaharuan Islam yang dipelopori oleh kaum muda di daerah tersebut.
Gerakan itu diilhami dan dipengaruhi oleh gerakan pembaharuan Islam yang ada di luar negeri seperti Wahhabi di Arab serta Muhammad Abduh di Mesir. Bahkan di antara mereka ada yang pernah berguru langsung dengan tokoh-tokoh Wahhabi. Tuntutan gerakan tersebut antara lain purifikasi (pemurnian) ajaran Islam. Gerakan itulah yang nantinya membawa pengaruh besar pada pemikiran Natsir. Selain pengaruh latar belakang sejarah itu, ada hal lainnya yang juga menjadi sosialisasi politik bagi Natsir yaitu pendidikan formal yang ia tempuh. Pada usia delapan tahun ia bersekolah di HIS (Hollandse Inlandse School) yang didirikan oleh Haji Abdullah Ahmad (seorang tokoh pembaharu di Padang). Beberapa bulan setelah itu ia dipindahkan ke HIS pemerintah yang sepenuhnya memakai sistem pendidikan Barat (Belanda) di Kota Solok. Itulah awal mula interaksinya dengan sistem kolonial. Setelah lulus dari HIS, ia melanjutkan ke MULO. Saat di MULO ia mulai bersentuhan dengan aktivitas organisasi yaitu bergabung denga Jong Islamieten Bond. Pada tahun 1927 ia melanjutkan pendidikan dan merantau ke Bandung. Inilah momen pertemuannya dengan berbagai tokoh-tokoh Islam sekaligus sebagai tempat penempaannya hingga menjadi tokoh terkemuka.

Pertarungan Ideologis Kelompok Sekuler dan Islam
Pertarungan ideologis antara dua golongan ini memfokuskan pada masa pergerakan nasional dan membatasi waktu pada tahun 1920-1939. Pada dasawarsa 1920-1930-an disebutkan oleh Taufik Abdullah sebagai “dasawarsa ideologi”. Hal itu dikatakan karena pada masa itu berbagai jenis ideologi berkembang dan menjadi perdebatan di kalangan kaum pergerakan nasional yang kemudian akan mempengaruhi pertumbuhan keagamaan serta ideloogi perjuangan. Organisasi-organisasi yang memperdebatkan hal itu antara lain adalah Sarekat Islam dan PNI. Perdebatan itu terjadi di berbagai kesempatan dan melalui berbagai media yang ada.. Bahasan utamanya jelas yaitu mengenai ideologi perjuangan yang akan dijadikan sebagai pijakan serta dasar sebuah negara.


Pertentangan Pemikiran Soekarno dan Natsir

Polemik ini bermula ketika munculnya sebuah artikel pada tahun 1940 yang ditulis oleh Soekarno berjudul “Apa Sebab Turki Memisah Agama dari Negara”. Tulisan itu dimuat di majalah Panji Islam. Menurut penulis, alasan dibuatnya tulisan itu sekedar untuk memenuhi permintaan pembaca Panji Islam dan sebagai bahan pertimbangan tentang baik buruknya serta benar salahnya agama dipisahkan dari negara. Dalam tulisan tersebut penulis menyatakan bahwa dirinya tidak memihak kebijaksanaan Kemal Attaturk dan tidak memberikan penilaian darinya mengenai ide dan tindakan Kemal tesebut walaupun ia telah membaca sekitar dua puluh buku yang mambahas tentang masalah tersebut. Tulisan itu dibantah oleh Natsir yang pada mulanya menulis dengan nama samaran A.Muchlis. Artikel-artikel Soekarno dikatakannya tidak hanya sekedar bahan pertimbangan untuk dipikirkan saja, melainkan pernyataan pemihakan Soekarno terhadap ide dan dan tindakan Kemal. Perdebatan antara kedua tokoh tersebut terjadi dalam bentuk argumentasi yang dituliskan melalui artikel di majalah. Banyak sekali artikel yang mereka buat untuk saling membantah pemikiran diantara mereka mengenai Islam dan Negara. Tapi saya akan mengungkapkan pertentangan itu bukan dalam transkrip artikel melainkan melalui intisari pemikiran mereka.

Pemikiran Soekarno dan Natsir tentang Negara Islam

Pemikiran Soekarno tentang masalah ini terkait dengan gagasan pemisahan agama dari negara di Barat (Eropa) yang menyatakan bahwa agama adalah aturan spiritual (akhirat) dan negara adalah aturan duniawi (secular). Ditambahkan oleh soekarno bahwa agama adalah urusan spiritual pribadi, sedangkan masalah negara adalah persoalan dunia dan kemasyarakatan. Berdasarkan hal tersebut, ia menilai bahwa pelaksanaan ajaran agama hendaknya menjadi tanggung jawab setiap pribadi muslim dan bukan negara atau pemerintah.




Negara dalam hal ini tidak turut campur untuk mengatur dan memaksakan ajaran-ajaran agama kepada para warga negaranya. Tapi menurutnya dengan dipisahkannya agama dengan negara bukan berarti ajaran Islam dikesampingkan, sebab dalam negara demokrasi, semua aspirasi termasuk aspirasi keislaman dapat disalurkan melalui parlemen. Umat Islam juga jangan terpaku dengan bentuk formal atau luar ajaran Islam tetapi lebih memperhatikan isi (substansi) atau semangat ajaran Islam.
Apabila Indonesia menjadi Negara Islam dan Islam diterima sebagai dasar negara maka akan terjadi perpecahan di Indonesia karena tidak seluruh rakyat Indonesia beragama Islam. Menurut pandangan Soekarno, negara nasional adalah cita-cita rakyat Indonesia. Dalam usaha membangkitkan semangat cinta tanah air harus ditekankan pentingnya persatuan yang menurutnya tidak dapat didasarkan pada sukuisme, agama, atau ras. Persatua bangsa menurut Soekarno (mengutip Ernest Renan) hanya bisa dibangun oleh kehendak untuk bersatu (le desire d’etre ensemble) dan rasa pengabdian kepada tanah air. Persatuan harus mengabaikan kepentingan golongan yang sempit sekalipun berupa kepentingan Islam. Beberapa poin diatas merupakan gambaran singkat pemikiran Soekarno mengenai Islam dan Negara.
Natsir mengemukakan pandangannya tentang Negara Islam. Salah satu penyebab mengapa orang tidak setuju tentang persatuan agama dan negara ialah karena gambaran yang keliru mengenai negara Islam. Gambaran yang disampaikan para Orientalis Barat itu menurutnya telah menyimpang dari bentuk asli negar Islam dan telah mempengaruhi umat islam untuk tidak menyetujui penyatuan Islam dengan Negara. Menurutnya, kekhalifahan Turki Utsmani terakhir (yang menurut Soekarno dianggap sebagai Negara Islam) dinilai tidak mencerminkan ciri-ciri Negara Islam. Natsir juga berpandangan bahwa negara sebagai alat untuk merealisasikan cita-cita Islam sesuai Al Quran dan Sunnah dan bukan merupakan tujuan akhir dalam Islam. Dalam Fiqhud Da’wah, Natsir menggambarkan bahwa hidup duniawi dan ukhrawi pada hakikatnya hanyalah dua fase (tahapan) dari kehidupan yang satu dan kontinyu; fase yang satu berkesinambungan dengan yang lain bagaikan bersambungnya siang dan malam. Ajaran Islam menurutnya tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya tetapi juga hubungan manusia dengan sesamanya. Dalam Islam terdapat semua perangkat atuarn di setiap aspek kehidupan tanpa terkecuali.
Prinsip kenegaraan dalam Islam menekankan kepada bentuk musyawarah atau syuro. Tapi menurutnya, musyawarah dalam Islam berbeda dengan demokrasi karena dasar pemerintahan harus bersandar kepada ajaran Islam yang sudah jelas dan pasti (qath’i). Jadi prinsip pemerintahan negara tidak boleh ada yang lain walaupun ditentukan melalui proses musyawarah parlemen atau meminta persetujuan mayoritas warga negara..
Dalam hal ini, Natsir menyatakan bahwa untuk dasar negara hanya mempunyai dua pilihan yaitu Sekularisme (la-diniyah, atau paham agama (dini). Maka negara yang dikehendaki natsir adalah negara yang pada prinsipnya diatur oleh hukum-hukum Allah (syariat Islam).

Sabtu, 22 Mei 2010

Siapa diri anda.

Lihat inner circle anda





Dunia begitu ajaib.. Dunia begitu luar biasa.

Seseorang dapat dibentuk dengan mudah hanya dari inner circle.

Siapa yang ada disekeliling anda.



Seorang yang berada dalam lingkungan inner circle "maling", akan memiliki sebuah persepsi maling adalah benar. Profesi maling untuk mencari makan. Jika awalnya dia bukan maling, maka jika hidup dalam inner circle maling, saya yakin dalam waktu yang tidak lama, persepsi dan pola pikir dia akan berubah memberikan keyakinan dan pembenaran diri dari value yang diterima dan diamini benar oleh inner circlenya.



Kenapa saya garisbawahi berbahaya jika berada dalam inner circle yang salah?

Karena tidak semua orang memiliki kepribadian kuat dan influence sekitarnya. Ada juga orang yang berkepribadian kuat dan leader di bidangnya namun saat bertemu di inner circle yang "TEPAT" maka sesuatu yang "tersembunyi" biasanya lebih mudah terbangkitkan terutama bagian emosional yang membutuhkan "release"



Siapa diri anda. Lihat inner circle anda.

Jika semua disekililing anda adalah orang yang doyan dugem. Sekali dua kali atas nama persahabatan , anda akan ikut dalam dugem tersebut meski asalnya anda tidak menyukai. Frekuensi pergaulan didalam inner circle pada akhirnya akan mempertebal keyakinan dan toleransi akan sesuatu yang "SALAH" menjadi benar. Sesuatu yang dipersepsi "SALAH" akhirnya akan BENAR! sesuai dengan value yang dianut dalam inner circle tersebut.



Maka ada orang jaman kuno selalu bilang "bergaul, lihat bibit, bobot, bebet" sebenarnya hal ini tidak terlalu salah, apalagi bagi keluarga yang membutuhkan pelestarian budaya didalam innercirclenya!



Orang didalam inner circle apa saja akan meyakini bahwa apa yang dianutnya benar! meskipun sekelilingnya menyatakan salah (diluar inner circle) kecuali dia bisa melihat dari paradigma lebih luas, saya yakin mereka akan mulai memberikan toleransi dan mengamini value yang lain yang mungkin saja lebih baik meskipun belum tentu diterima oleh penduduk di dalam inner circlenya.



Semua kembali pada pilihan pribadi masing-masing.

------------ --------- --------- --------- --------- --------



Kesimpulannya:

Inner circle turut membentuk diri anda.

Di tiap pribadi ada sebuah potensi yang mungkin tersembunyi dan membutuhkan "trigger" yang tepat utk memicu perubahan akan keyakinan.

Berhati-hati memilih inner circle.

~jangan sampai anda salah memilih yang seharusnya "jalan impian" menjadi "jalan kehancuran diri"~

Selasa, 18 Mei 2010

Satu Kata yang BAIK

1 kata yg diucapkan sembrono, dpt menyebabkan luka pd org lain

1 kata yg keras dan kasar dpt membuat kuntum kebencian

1 kata yg dilontarkan tanpa kontrol diri dpt membuat bingung org lain

1 kata yg tdk sopan dan tdk ramah,dpt membuat cinta menjadi hambar, bahkan benci

1 kata yg membela diri dan tdk pernah mau disalahkan, itu merupakan
sifat pengecut dan tdk bijaksana

1 kata yg diucapkan salah akan membuat org terluka

............ ....namun. ......... .......

1 kata maaf bisa melahirkan cinta yg mendalam bagi org yg mendengarnya

1 kata lembut dan tulus dpt membuat kedamaian bagi org lain

1 kata pujian dpt memberi semangat bagi yg mendengarnya

............ .......jadi. ......... ........

1 kata itu bisa menjadi kutuk (bagi diri kita dan org lain)
dan
1 kata itu bisa menjadi berkat (bagi kita dan org lain)

Tiap hari penuhi dg kata yang baik

Senin, 10 Mei 2010

Kesendirian dalam merenung

Bosan dan Jenuh dengan Keramaian
Sedikit Menepi dalam menata hati sunyi
Canda, teriakan, Kebosanan, penderitaan
Mencari sejati diri dalam sebuah sepi

Kita hidup dalam ruang lingkup yang ramai, di kantor, di Jalan, Di pasar, dan ditempat-tempat lain di dunia ini, Jakarta dan kota besar lainya menawarkan keramaian yang tak pernah berhenti, dan dalam keramaian mungkin kita kehilangan waktu untuk sendiri, yang menyegarkan nurani yang penat oleh hiruk pikuk Duniawi.

Kesunyian yang lahir karena kesendirian dari rahim ketenangan hati. Ia begitu bernilai, bagai mata air yang menengok di tanah tandus pekarangan kita. Sementara yang lain, masih berjibaku dengan dahaga dan teriknya kekeringan. itulah sebuah anugrah yang banyak orang menampikanya, ketika kita bisa menyendiri bukan untuk bengong atau melakukan hal yang tidak baik kita membutuhkan waktu untuk sendiri untuk memikirkan ide-ide besar, untuk merenungi kesalahan-kesalahan kita, sangat banyak ide besar muncul dalam sautu kesendirian dalam merenung

Tak luput manusia butuh waktu untuk sendiri dalam kesunyian untuk mendekatkan diri kepada sang kuasa yang telah menciptakan manusia, kesunyian Menjaga mata agar tak sepenuhnya menutup, di waktu pilihanNya untuk menepi merasakan isyarat pada detik penuh keagungan kepunyaanNya.

Tanpa kita sadari banyak dari kita tak tahu diri sendiri, tidak kenal siapa dirinya, banyak dari kita menjalani hidup dengan berjalan tanpa sadar apa makna dari hidup dan tujuanya, dan banyak dari kita menggunakan Topeng-topeng semu yang selalu kita banggakan, benarkah itu diri kita yang sesungguhnya? , manusia banyak tidak percaya pada wajah aslinya dan selalu mengganti topeng sesuai dengan keadaan di sekitarnya sadarkah siapa kita?

Beribu bahkan berjuta topeng manusia penggunakan, ada topeng kemunafikan, ada topeng penjilat ketika berhadapan dengan atasnya kita, sadarilah inilah kenyataan hidup kita, suka atau tidak suka itulah yang kita kenakan topeng-topeng yang selalu berganti-ganti yang sering mempengaruhi nurani hati. Tak banyak yang menyadari. Hingga ratusan kali pengalaman semacam itu menyuapi sebagian yang lain. Sehingga, mereka kehilangan jati diri, siapa kita sebenarnya, jutaan topeng berubah-ubah wujud demi menyelamatkan diri dari kerasnya hidup dalam dunia dunia.

Kembali dalam sepi, dengarkan lah jeritan hati yang menangis mengetahui kita menggunakan seribu topeng, mugik kita memiliki seribu kepribadian dalam seribu balutan topeng sesungguhnya, hanya dalam sepi tanpa ada satu mahluk pun yang mengetahui kita bisa melepaskan diri dari beribu topeng, dari kelelahan dalam semua kepalsuan. dalam sepi ini cobalah kembali menjadi diri sendiri tanpa balutan topeng yang ada.

Ya cari lah waktu untuk diri sendiri dalam sepi, menjadi jujur dalam sepi memang tampak mudah, tapi hal itu tak akan pernah menjadi mudah, kecuali kita bisa memulainya, belajar dalam sepi untuk jujur dan menjadi diri sendiri bukan menjadi dia, atau mereka, jadilah anda sendiri. ketuklah diri temuakan sebuah kerinduan kembalinya hati kita pada pangkuanNya. Saat Titik rintik air menetes dari matamu, dan jujurlah dalam kesendirian. Karena kesendirian akan membisikan dan membuka topeng diri.
dan jadilah dirimu yang sejati seperti dalam sendiri

Jumat, 07 Mei 2010

Berapa sih gaji Papa ?

Seperti biasa Andrew, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka

di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya,

Sarah, putri pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan pintu

untuknya. Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.

"Kok, belum tidur ?" sapa Andrew sambil mencium anaknya.

Biasanya Sarah memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika

ia akan berangkat ke kantor pagi hari.

Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Sarah menjawab, "Aku

nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?"

"Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?"

"Ah, enggak. Pengen tahu aja" ucap Sarah singkat.

"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam

dan dibayar Rp. 400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja.

Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa

dalam satu bulan berapa, hayo ?"

Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar sementara

Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Andrew beranjak

menuju kamar untuk berganti pakaian, Sarah berlari mengikutinya. "Kalo

satu hari Papa dibayar Rp. 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam Papa

digaji Rp. 40.000,- dong" katanya.

"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur" perintah Andrew

Tetapi Sarah tidak beranjak. Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian,

Sarah kembali bertanya, "Papa, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak?"

"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam

begini ? Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah".

"Tapi Papa..."

Kesabaran Andrew pun habis. "Papa bilang tidur !" hardiknya mengejutkan

Sarah. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.

Usai mandi, Andrew nampak menyesali hardiknya. Ia pun menengok Sarah di

kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Sarah didapati sedang

terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Andrew berkata,

"Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Sarah. Tapi buat apa sih minta uang

malam-malam begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan Rp.

5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih" jawab Andrew.

"Papa, aku enggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau

sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini".

"lya, iya, tapi buat apa ?" tanya Andrew lembut.

"Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga

puluh menit aja. Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga.

Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku, hanya ada

Rp.15.000,- tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,- maka

setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-. Tapi duit tabunganku

kurang Rp. 5.000, makanya aku mau pinjam dari Papa" kata Sarah polos.

Andrew pun terdiam. ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu

erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan

harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk "membeli" kebahagiaan

anaknya. Apakah kebahagiaan itu bisa di beli?

Senin, 03 Mei 2010

Mengapa TUHAN menciptakan teman

Pernahkah kita merasa heran mengapa TUHAN menciptakan teman :
J - yang begitu gembira, kehadirannya menghibur orang sekitarnya tapi bila bicara ceplas ceplos
K - yang begitu berdisiplin, mempunyai tujuan dalam hidupnya tapi kok suka sok ngatur
L - yang begitu pintar dan selalu memikirkan perasaan orang lain, tapi entah mengapa rentan depresi
M - yang begitu tenang seperti air mengalir, kehadirannya antara ada dan tiada tapi mempunyai kekerasan hati melebihi baja.

Semua perbedaan itu membuat kita merasa ada yang tidak beres dengan orang yang tidak sepaham dengan kita ini, kita memberikan label sebagai orang yang "aneh", "gila", "si keras hati", " si pemalas" dll.


Seandainya kita memahami karakter diri sendiri dan orang sekitar kita sehingga lebih mudah untuk bisa menerima dan diterima, dan betapa tertekannya kita menghadapi aturan aturan yang menghilangkan keunikan dari kekuatan karakter yang diberikan TUHAN kepada kita sehingga kita sudah tidak tahu lagi siapakah diri kita dan apakah kehendak Tuhan ketika menciptakan kita.

Seandainya kita mengisi dengan kekuatan kita terhadap kelemahan teman kita dan seandainya kita ingat bahwa TUHAN tidak menciptakan semua orang harus sama dengan diri kita, tapi Ia menciptakan untuk saling mengisi seperti satu tubuh yang mempunyai banyak anggota tubuh.



Itulah sebab mengapa ada teman untuk kita. Adanya teman membuat kita memahami diri kita, dan adanya teman membuat kita memahami dan menghargai kehidupan ini. Andaikata kita hidup sendiri tentunya hidup akan terasa sepi dan kosong.



Itulah hidup, itulah kenapa kita tidak sendiri, itulah kenapa kita butuh yang lain.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More