Bibi Bertangan Satu

Anak semata wayangnya benci dia. Dia tampak seolah sangat memalukan. Dia memunguti bulir padi dan buah sawit yang rontok untuk mempertahankan kehidupan mereka.

Pembunuhan Lanza

Amerika menjabat tangan anda dengan hangat tapi menyembunyikan belati dibalik punggung mereka..

Secangkir cokelat

entah, tapi ada sedih yang tersisa ... ada rasa yang tertinggal ... di ujung jari, ujung lidah, dan pelupuk mata ... entah, ada sebersit wajah, dan ubin-ubiin putih

Asal mula Danau Toba ( Legenda )

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kesendirian dalam merenung

Bening dan lembut Meliuk indah seolah bayangan Putri sungai dengan mata air kecilnya Cantik… bak teratai bermahkota mawar

Senin, 12 November 2012

Kembali ke Hukum Adat

Apa yang anda harapkan dari sistem hukum di Indonesia? Bukankah sebelum negeri ini di jajah, hukum adat lah yang begitu berpengaruh, sementara hukum modern yang baru seumur jagung ( pacsa kolonialisme ) ternyata tidak sanggup memenuhi rasa keadilan sebagian besar penduduk negeri ini.
Jadi haruskah kita kembali ke sistem hukum adat?

Kita melihat pergumulan para penegak hukum yang memalukan akhir - akhir ini.
Korupsi yang tidak sembunyi-sembunyi.
Kekuasaan yang lemah, aparat yang mudah dirayu nominal uang bahkan cenderung mengemis kepada korban, tersangka, penuntut dan seterusnya... dengan imbalan yang mereka harapkan bisa memuaskan nafsu serakah mereka...

Dengan kondisi demikian, masihkah kita berani berurusan dengan hukum di Republik ini? sebab, hidup jujur saja masih beresiko menjadi pesakitan... apalagi berbuat salah :((

++++Sekilas sejarah Keadilan

Sebuah atau tepatnya sebatang batu diorit hitam yang ditemukan pada tahun 1901 merupakan monumen besar pertama bagi usaha manusia yang terus menerus mencari keadilan. Monumen itu berisi catatan kodeks Hammurabi di Babilon tentang daftar kejahatan dan hukuman yang pada dasarnya menuntut mata ganti mata dan gigi ganti gigi.


Lima abad sesudahnya, Hukum Musa masih mengikuti ajaran keras ini. Tetapi pada abad ke - 6 , kodeks Justinianus menggeser tekanan dari dari hukuman ke proses yang menjadi hak tiap orang, yaitu penetapan bahwa orang dianggap tidak bersalah sebelum terbukti kesalahannya.

Pada tahun 1215, para bangsawan Inggris memaksa Raja John menandatangani MAGNA CARTA yang mencantumkan hak-hak dasar, misalnya pengaddilan yang jujur. Hukum terus menyesuaikan diri pada kebutuhan masyarakan yang terus berubah ; hukum terus berkembang, mulai dari Hukum Napoleon tahun 1804 yang mensahkan pembaharuan Revolusi Perancis sampai ketetapan tentang "hak-hak warga negara" yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung Amerika Serikat.

Pencarian keadilan masih berlanjut dan terus memnuhi janji Raja Hammurabi 4000-an tahun yang lalu:

"YANG TERTINDAS...AKAN MEMBACA TULISAN INI....DAN AKAN MENDAPATKAN HAKNYA."

======

Keadilan yang begitu lama untuk dirasakan seluruh rakyat yang mendiami dunia barat...
Haruskah Indonesia menunggu 5000 tahun lagi ( sebab 6000 tahun telah berlalu ) untuk menutup mata Dewi Keadilan...sehingga hukum benar -benar tidak memihak...

Atau

Bisakah kita mulai menata sistem keadilan dari sekarang, sehingga para pencari keadilan tidak perlu berurusan dengan Mafia Hukum yang menguasai Mahkamah kita???

Sepertinya kita butuh Hammurabi ... Sekarang!!! sebab keadilan itu kuno...
.

Sabtu, 10 November 2012

* Pribadi yang Korup

Seorang pesepakbola pasti akan sangat bangga jika dia dimainkan disetiap pertandingan timnya. Apalagi jika itu adalah pertandingan yang paling ditunggu banyak penggemar klub yang akan bertanding sehingga menarik minat media televisi untuk menyiarkannya.

Dalam siaran langsung yang sering kita lihat di televisi, beberapa peristiwa penting jalannya pertandingan mendapat sorotan melalui ulasan maupun replay alias kilasan ulang singkat. Misalnya saat terjadi gol, aksi individu yang memukau dan pelanggaran.

Wasit yang memimpin pertandingan secara manusiawi sering melewatkan momen yang akhirnya jadi kontroversi. Misalnya seorang pemain handsball di kotak penalty yang berujung pada golnya disahkan. Dan media tv penyiar biasanya akan menyoroti hal ini dengan berulang-ulang.

Hal yang ingin saya kemukakan bukanlah sah tidaknya gol tersebut, melainkan sikap ‘gentleman’ alias ksatria atau sportivitas seorang manusia/pemain.

Jika seorang manusia sudah terbiasa akan kebohongan dan kelicikan yang menghalalkan segala cara unguk mencapai keinginannya, maka secara spontan akan menutupi kesalahannya dengan sesempurna mungkin.

Sebaliknya, kalau seseorang mempunyai pribadi yang jujur dan ikhlas maka secara sadar dia akan menunjukkan sikap ksatria dan sportivitas dengan menganulir semua pembenaran atas kesalahannya.

Baginya salah adalah salah dan benar tidak harus dibenarkan.

Pribadi-pribadi yang korup ibarat pemain handsball yang merayakan golnya tadi. Walaupun banyak yang menyaksikan tapi ia tetap mengakuinya, demi keuntungan diri dan hasrat pribadinya dengan segala cara yang tidak fair.

Pribadi-pribadi yang korup selalu merasa sebagai pahlawan walaupun sebenarnya ia hanya seperti tikus yang bergembira diatas tumpukan padi petani.

Pribadi-pribadi yang korup hanya memikirkan harta dunia dan nama besar sementara merugikan orang lain.

Pribadi – pribadi yang korup adalah pengecut yang tidak sanggup mengakui kehebatan orang lain selainnya.

“Mendaki Himalaya mungkin sangat sulit bahkan mustahil bagi kebanyakan orang tapi jauh lebih sulit mengakui kesalahan dan kecurangan yang kita lakukan”




<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<0o0>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Jumat, 09 November 2012

Asal Bukan Mega

Harus diakui kelihaian SBY mempengaruhi media adalah salahsatu kunci utama kesukesesannya dalam memperpanjang masa tinggalnya di Istana Merdeka, selain alat provokasi opini semacam lembaga survey yang tidak objektif tentu saja.

Awalnya SBY ditempatkan media sebagai orang yang teraniaya ketika memulai perburuannya menjadi RI-1, kemudian masih menjadi tren selama menjabat hingga perebutan kekuasaan untuk periode keduanya mempertahankan kursi emasnya di Merdeka Utara.

Tetapi, seandainya kita jeli dan Objektif memandang masalah dan keadaan, terutama peranan media dalam melambungkan SBY, kita akan menyadari siapa sesungguhnya yang teraniaya.

Saya melihat Megawati Soekaroputri adalah korban kekejaman media yang tidak netral dan seimbang dalam segala pemberitaannya. Memang Mbak Mega bukan orang yang memiliki jaringan selayaknya beberapa orang yang mengelilingi SBY.

Tetapi para pemimpin redaksi media-media yang berpengaruh di negeri ini seolah berjamaah dalam memojokkan Mega yang dianggap hanya Ibu rumah tangga yang beruntung.

Kekejaman media yang saya maksud sebenarnya merujuk pada kebiasaan mereka yang selalu mengaitkan dan membandingkan kegagalan Mega serta menyembunyikan keberhasilannya dengan kesuksesan SBY.

Hal yang paling sering kita lihat dan dengar terkait keberpihakan media adalah dimana mereka selalu menempatkan dan mengkondisikan Mega sebagai seorang tokoh yang Keras Kepala, Bodoh, Pendendam, Tidak Legowo, Feodalis, Pemikirannya sempit,Tidak Negarawan, Emosional, dst…

TETAPI… pernahkah anda sadari bahwa selama ini Mega tidak pernah menjawab dan membela diri atas segala tuduhan dan penokohan yang dialamatkan media - media itu kepadanya?

Mega tidak reaktif seperti SBY yang selalu kebakaran jenggot dan membesarkan masalah kecil jika ada kritik dari rival-rival politiknya terutama dari kalangan PDIP.

Mega selalu diam dan sepertinya tidak pernah menjelaskan segala sesuatu terkait pemberitaan miring tentang dirinya karena ia tidak merasa seperti yang di kondisikan negatif oleh para media yang didukung para pengamat.

Mega tidak memberikan alasan ketidakhadirannya di acara pelantikan Presiden waktu lalu, Mega tidak memberi ucapan selamat, Mega tidak memberi keterangan pers tentang sikap PDIP terkait kabinet baru. Dan absennya Mega di acara pelantikan itu dijadikan media, pengamat pro pemerintah dan lawan-lawan politik Mega sebagai pembenaran akan ‘kekerdilan perangai’ wanita berpengaruh itu.

PADAHAL… diamnya Mega dan ketidakhadirannya adalah sinyal bahwa PDIP selama dibawah kepemimpinan Mega akan tetap mengambil posisi tandingan penguasa.

Diamnya Mega adalah isyarat kepada elit Partai agar tidak mudah dipecah belah pemenang dengan iming-iming jabatan dan kekuasaan.

Diamnya Mega adalah bentuk perlawanan tanpa koar-koar yang dapat menumbuhkan perlawan rakyat terhadap pemerintah yang sah.

Diamnya Mega adalah penempatan diri akan keteguhan dan komitmen serta pemenuhan keinginan para pedukungnya yang tidak sedikit.

TETAPI media yang di setir penguasa dan antek-anteknya sudah secara sepihak menempatkannya sebagai ANTAGONIS politik Negara ini dan ia menerimanya.

Tetapi yang paling terlihat adalah kenapa kampanye diam-diam  dengan selalu mengekspose penjualan BUMN oleh pemerintahan Mega menjadi isu yang selalu diingatkan dalam setiap kesempatan, baik oleh pendukung karbitan SBY maupun politisi PD yang sengak nan  angkuh di Senayan sana?

Padahal penjualan BUMN itu untuk mengurangi beban politik pemerintah karena AS dengan restu IMF mendesak Indonesia agar tidak mengganggu gugat  perjanjian soal Freeport dan Caltex di Riau ( waktu itu ). Karena jika ada renegosiasi, maka IMF di tekan oleh AS agar tidak mencairkan bantuan Utang LN ke Indonesia.

Belum lagi persoalan genting saat itu yang mengancam kedaulatan RI, banyak yang tidak tahu bahwa Indonesia dan Malaysia sudah saling bidik senjata rudal dua minggu sebelum pengumuman soal Sipadan dan Ligitan oleh Mahkamah Internasional. Sementara  pesawat tempur RI tidak bisa terbang karena banyak yang rusak dan tak beramunisi akibat embargo AS dan Eropa.

Kita butuh uang untuk mendekati Rusia dan Korea utara yang butuh pangan dengan imbalan persenjataan dan rahasia nuklir…

Kita butuh jual gas murah untuk mengambil hati China agar bisa menerima ekspor Indonesia sekaligus bantuan amunisi…

Lalu apa salahnya mengorbankan satu kekayaan untuk kesatuan Republik?? Kenapa itu menjadi isu untuk membunuh karakter pemimpin wanita itu?


* Make a wish blogger.... make a WISH!!!



Blogger… Siapapun kalian yang membaca tulisan ini adalah temanku…

Sering kali kita menemukan atau bahkan menjalani sebuah ironi dalam kehidupan yang kita jalani.
Seperti misalnya; anda adalah orang yang tampak begitu tegar hatinya, teguh berpendirian tapi bisa saja pada saat yang sama anda adalah orang yang sangat lemah dan butuh pertolongan.

Atau anda mungkin orang yang menghabiskan waktunya untuk melindungi orang lain dan pada saat yang sama pula anda justru orang yang sangat butuh perlindungan.
Seorang penghibur yang justru sering lebuh membutuhkan penghiburan, dst…

Dengan segala kesempurnaanya, kita manusia adalah makhluk ber’akal’ yang paling lemah dalam menjalani kehidupannya. Lemah dalam artian “mudah tergoda”.
Bandingkan dengan Iblis yang setia dengan kesesatannya atau Malaikat yang tidak akan goyah terhadap keduniawian.
Tetapi justru disinilah letak kesempurnaan manusia… ketika manusia itu menjadi baik maka ia begitu tulus hingga malaikat pun iri* dengan ketulusannya… dan ketika manusia itu menjadi jahat maka manusia ia bisa begitu sesat sampai iblis pun malu** disangkut-pautkankan dengannya.

Sobat blogger… dalam hidup ini kita sama-sama mencari. Apapun itu, di dunia ini kita bukan hanya sama-sama manusia yang darahnya sama merah atau tulangnya sama putih tapi kita sama-sama MENCARI.
Itu adalah persamaan yang sering kita abaikan.
Yang membedakan kita adalah keterusterangan kita, kejujuran kita pada diri sendiri.

Ada satu kata yang sulit diucapkan ketika kita mengalami hal seperti diawal tulisan. Sebuah kata yang mahal harganya, yang membutuhkan kerelaan diri membuang harga diri, merendahkan hati serendah-rendahnya dan membuang ego yang membatu serta melupakan rasa malu.
Kata yang ternyata juga digunakan Iblis agar jeratnya pada manusia berhasil.
Kata yang digunakan Malaikat agar manusia tidak meninggalkan Tuhannya.
Kata yang prosesnya membuat manusia mengalami mencapai kesempurnaan.
Kata yang demi tujuannya yang tidak baik justru membuat manusia jauh dari kesempurnaan.
Kata yang Tuhan ingin dengar dari setiap do’a manusia. Kata itu adalah TOLONG.
Ketika kita mengucapkan kata Tolong!... maka kita sudah mengucapkan sebuah permintaan.

Maka, mari ucapkan kata TOLONG. Kepada teman, ibu, ayah, saudara dan terutama kepada TUHAN dengan tulus tanpa berharap… tanpa memaksa atau dipaksa… tanpa malu atau setelah dipermalukan… maka, lihatlah apa yang terjadi kemudian.

Make a wish blogger… make a wish dengan kata TOLONG…

Karena kalian adalah temanku, maka aku ingin bertanya:
*) Emang Malaikat punya rasa iri?
**) Apakah Iblis punya rasa malu?(PL)

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More