Bibi Bertangan Satu

Anak semata wayangnya benci dia. Dia tampak seolah sangat memalukan. Dia memunguti bulir padi dan buah sawit yang rontok untuk mempertahankan kehidupan mereka.

Pembunuhan Lanza

Amerika menjabat tangan anda dengan hangat tapi menyembunyikan belati dibalik punggung mereka..

Secangkir cokelat

entah, tapi ada sedih yang tersisa ... ada rasa yang tertinggal ... di ujung jari, ujung lidah, dan pelupuk mata ... entah, ada sebersit wajah, dan ubin-ubiin putih

Asal mula Danau Toba ( Legenda )

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kesendirian dalam merenung

Bening dan lembut Meliuk indah seolah bayangan Putri sungai dengan mata air kecilnya Cantik… bak teratai bermahkota mawar

Minggu, 12 Mei 2013

Sekilas Kesalahan Gus Dur Terkait Polri


Rencana penggantian Kapolri disinyalir beberapa pihak untuk kepentingan SBY dengan segala agenda politiknya menjelang 'lengser keprabon' 2014 mendatang. Meskipun belum ada argumen yang matang atas tuduhan kepada presiden RI itu, jabatan Kapolri Timur Pradopo memang sudah saatnya perlu ditinjau kembali, baik dari segi usia dan masa bakti, maupun rencana pengamanan menjelang pemilu nanti.

Sejak Jenderal Timur Pradopo dipillih menjadi pucuk pimpinan Kepolisian Republik Indonesia, mayoritas masyarakat umum menilai tidak ada progress yang patut dihargai dari segi prestasi beliau.  Urusan sogok menyogok, oknum yang bisa 'dibeli' hingga korupsi secara kelembagaan masih membuat Polri mendapat predikat "jempol kebawah". Penilaian yang menyedihkan mengingat beberapa anggota bekerja keras dan tulus demi keamanan masyarakat sementara beberapa Jenderalnya justru memiliki kekayaan diluar kewajaran.

Lembaga kepolisian memang tidak mudah untuk dibersihkan. Bukan karena mental yang busuk oleh mereka yang berkarir disana, melainkan karena lembaga itu memang di desain untuk berhadapan langsung dengan segala sisi jahat yang ada di bumi pertiwi ini, sehingga siapapun bisa terjerumus tanpa memandang waktu. Lagipula, Polri juga begitu mudah terjebak sebagai bagian dari komoditas politik, baik itu untuk menjatuhkan maupun melanggengkan kekuasaan para politisi busuk.

Sebagai pengingat, mantan presiden Abdurrahman Wahid (alm.) dalam masa pemerintahannya yang singkat memiliki  hingga 4 Kapolri dalam kurun waktu satu tahun yaitu Rusmanhadi ( 29 Juni 1998-3 Januari 2000), Rusdihardjo (4 Januari 2000 – 22 September 2000), Suroyo Bimantoro (23 September 2000 – 21 Juli 2001) dan Chaeruddin Ismail (22 Juli 2001 – 7 Agustus 2001).

Apa yang dilakukan Gus Dur saat itu membuat Senayan tidak habis pikir sehingga muncul opini sebagai penyalahgunaan kekuasaan. Opini yang diperkuat dengan pemecatan Jend. S. Bimantoro pada 1 Juli tepat pada HUT Bhayangkara yang mengejutkan itu. Oleh Mahkamah Agung juga  dinyatakan bahwa Gus Dur telah menyalahi aturan dan menyalahgunakan kekuasaanya.

Kepolisian saat itu telah menjadi arena tarung politik tingkat tinggi yang diimbangi dengan perebutan kekuasaan dikalangan Perwira Tinggi secara internal. Kekisruhan di tubuh Polri yang menjadi bagian dari daftar kesalahan fatal yang oleh politisi Senayan (pimpinan Amien Rais cs.) sebagai 'amunisi' untuk melengserkan Gus Dur beberapa minggu kemudian setelah pencopotan Bimantoro.

Beruntunglah, kisruh di tubuh Polri seketika berhasil diredam dan dipulihkan oleh Megawati Soekranoputri setelah menggantikan Gus Dur. Mega menunjukkan kepada rakyat Indonesia bahwa segala sesuatu harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku, dan sepanjang Presiden mengeluarkan keputusan yang benar dan tepat untuk proses pemberhentian dan pengangkatan seorang Kapolri, maka Polri tidak punya pilihan selain tunduk.

Terlepas dari langkah Gus Dur yang  tidak sesuai aturan ketika memecat Kapolri dan beberapa petingginya, harus dicermati lebih dalam bahwa hal itu adalah cara beliau untuk mempercepat regenerasi di tubuh Polri sendiri. Regenerasi yang dimaksud sebagai upaya halus menyingkirkan para Jenderal yang sudah terkontaminasi dengan perilaku korup dan terlalu nyaman dengan kebusukan yang akut di Kepolisian.

Citra buruk yang tidak kunjung menjauh dari Polri sepertinya memaksa Gus Dur membuat keputusan radikal, dengan melupakan segala aturan terkait tata cara pergantian seorang Kapolri. Cara Gus Dur yang terkesan semrawut, seolah menggambarkan kesemrawutan di tubuh Kepolisian itu sendiri. Mereka tidak siap direformasi menuju citra yang bersih, profesional dan benar benar mengayomi masyarakat.

Kembali ke Jenderal (Pol.) Timur Pradopo dan kepentingan SBY.

Selama ini, pergantian Kapolri tidak menjadi bahan politik dan berlangsung dengan riak kecil yang tidak menimbulkan panas dingin secara nasional. Meskipun demikian, pergantian Kapolri kali ini perlu pengamatan yang lebih serius dan kehati-hatian, mengingat banyaknya orang kuat di Mabes Polri yang sedang mencari jalan keluar untuk menutupi harta kekayaan mereka.

Sementara SBY juga perlu Polri untuk memoles citranya untuk setidaknya tidak lebih buruk lagi  dengan memilih seorang Kapolri yang "tampak kredibel", dipercaya dan dengan waktu yang singkat mampu mengubah wajah Kepolisian "sedikit  cerah".

Kalau bisa, seorang Kapolri mendatang jangan hanya untuk menyenangkan SBY semata, tetapi orang yang berani membabat para PATI di Mabes yang "korup dan buncit".  Siapakah orang itu?
;
;
=SachsTM=

Jumat, 10 Mei 2013

Eat, Pray, Love Versi Jakarta

Spiritualisme mungkin bukan hal yang menarik untuk dibicarakan karena seringkali kita terjebak pada kesan menggurui atau digurui. Hampir setiap individu cenderung terusik egonya ketika mendapat kesan seseorang sedang mengguruinya. Bagaimana kalau kita bicara kebahagiaan?

Baiklah, kebahagiaan adalah tema yang menarik karena tidak ada batasan menggurui dan digurui, sebab seseorang yang menceritakan kisah bahagianya, tanpa berlebihan tentunya, lebih menyenangkan karena membuat pendengar ikut berbahagia atau setidaknya tertarik untuk merasakan hal yang sama.

Kebahagiaan dan Stress

Tidak perlu ke Italia, India atau Bali ala Julia Roberts, cukup disini, dimana kita tinggal. Bicara kebahagiaan tentu beriringan dengan ketidakbahagiaan, stress misalnya. Stress ada pada daftar utama perenggut kebahagiaan selain kemiskinan, kesedihan dan penyakit.

Stress bisa berasal dari rutinitas yang menjemukan, lingkungan sekitar, tekanan pekerjaan bahkan cinta yang tidak seindah yang dibayangkan. Contoh keadaan lingkungan yang menyebabkan stress misalnya kemacetan lalu lintas.

Disetiap kota besar di negeri ini, terutama DKI Jakarta, kemacetan lalu lintas ibarat penyakit "kronis yang akut". Banyak kehidupan yang jadi tidak bahagia, emosional berakibat perselisihan, pertengkaran hingga aksi tawuran berasal dari stress tingkat tinggi. Macet ditambah lingkungan sempit yang berdesakan dan tuntutan biaya hidup ibarat lingkaran setan yang saling mendukung untuk merenggut kebahagiaan seseorang.

Berdamai dengan kemacetan ibarat menghilangkan sepertiga beban hidup untuk meraih kebahagiaan dan produktifitas. Jika kita tidak bisa menghindari kemacetan, akan lebih baik jika kita menikmatinya tanpa sibuk dengan pikiran yang terburu-buru, ingin cepat sampai, ditunggu klien, takut terlambat atau lainnya.

Menikmati kemacetan di jalan raya dengan membuang kekhawatiran adalah hal yang paling sulit. Tetapi seringkali kekhawatiran kita tidak mengubah keadaan dan kenyataan menjadi lebih baik. Anda tetap akan ditegur atasan jika terlambat karena  macet, anda tetap (mungkin) kehilangan klien potensial ketika sudah terjebak macet, bahkan anda mungkin kehilangan kesempatan merayakan ulang tahun si kecil ketika kendaraan di jalan bergerak seperti siput.

Tetapi, apakah kekhawatiran dan ketakutan anda yang menumpuk sampai menyesakkan jantung itu berguna mengatasi kemacetan? atau apakah persoalan anda akan selesai dan berhasil hanya karena tidak ingin keluar rumah karena pasti terjebak macet? Bukankah kita bisa mempersiapkan segalanya termasuk memperhitungkan jarak dan waktu tempuh dengan segala kemungkinan macet di jalan jika itu urusan kerja dan klien?

Menerima kemacetan lalu lintas sebagai bagian dari hidup oleh mereka yang berada di Ibukota ternyata mampu mengurangi tingkat stress lebih efektif dari mereka yang tetap mengeluh dan mengeluh. "Habis, mau gimana lagi?" begitu kira kira ungkapan yang pantas.

Eat, Pray, Love

Sementara menerima kenyataan bahwa jalanan yang tidak teratur, motor yang ugal ugalan, saling serobot, lampu lalu lintas yang mati, semrawut hingga klakson yang saling bersahutan alias macet sebagai bagian dari parade kehidupan, bagaimana kalau kita berbahagian dengan cara berikut:

1. Adventure and Eat.
Menembus kemacetan dengan segala kondisinya ibarat petualangan pendaki gunung. Saat itu kita bisa beristirahat ditempat yang punya parkir tentunya, menikmati hidangan kesukaan atau sekedar membuat badan lebih santai. Jika jalur yang anda lewati adalah jalan yang setiap hari anda lewati, menepilah di tempat yang berbeda setiap hari. Anda akan menemukan pengalaman yang berbeda sambil menikmati hidup melalui makanan. Ini lebih baik daripada kita (misalnya pengguna motor) menggunakan trotoar yang mengganggu dan merugikan pejalan kaki.

Mencoba jalan lain yang berbeda atau bahkan jalan tikus boleh juga, selain bisa melihat sisi lain perkotaan, bisa juga untuk lebih mengenal setiap sudut Ibukota. Tapi penulis pernah punya pengalaman mencoba ide ini, dengan menggunakan jalan kecil di daerah Cililitan untuk menghindari kemacetan di sepanjang Kramat Jati menuju Pasar Rebo, hasilnya? Setelah cukup jauh dan serasa sudah dekat ke Jalan Raya Bogor, ternyata saya malah kembali ke Cililitan lagi, ke tempat yang sama saat saya memasuki jalan alternatif itu. Cape deh... :P

2. Adventure and Pray
Kemacetan bisa membentuk kepribadian kita menjadi buruk. Bisa memancing sisi negatif lebih dominan dalam diri , tidak sabaran, emosional, egoisme dan lainnya. Tetapi, bahkan keadaan yang tidak menyenangkan adalah saat terbaik untuk menunjukkan kualitas kita sebagai manusia. Kita bisa menjadikan kemacetan menjadi arena latihan untuk lebih bersabar,  memaafkan sesama pengguna jalan yang belum tercerahkan, menahan diri untuk tidak mengutuk pemerintah, bahkan bersyukur, sebab anda masih diberi kelayakan menikmati jalan raya yang macet sementara banyak saudara kita disepanjang perjalanan yang justru harus menikmati" kesempatan yang macet". (Maaf) Rejeki yang tidak selancar anda.


3. Adventure and Love
Jika karena macet mengharuskan kita menepi, bukankah itu berarti kesempatan untuk bertemu orang baru, memperbanyak relasi atau bisa juga sekedar "cuci mata" untuk memanjakan selera nakal anda. Atau, bisa juga berbagi dengan mereka yang kurang beruntung, mendengar keluh kesah mereka terkadang memberi motivasi yang lebih dan menyadarkan kita untuk tidak hanya memandang ke atas.

Kita tentu tetap berharap penataan, pengadaan jalan dan angkutan yang lebih baik kedepannya. Disisi yang lebih menarik, ketika kita mampu menerima keadaan, kemacetan sebagai sebuah petualangan/adventure, kita sudah meninggalkan stress jauh di belakang, stress yang menjauh menghadirkan kebahagiaan. Kebahagiaan yang hadir dari kondisi yang tidak nyaman adalah bagian dari spiritualisme. Dan Spiritualisme tidak harus ditempa ditempat hening yang bisu, bisingnya jalanan Ibukota dengan kemacetannya juga baik untuk itu.

Semoga tidak menggurui...  :)
;
;
=SachsTM=

Jumat, 03 Mei 2013

Remaja : Jagalah Kemaluanmu hingga Waktunya.

Menyukai seseorang yang tidak mungkin didapatkan, mungkin adalah suatu kesia-siaan.
Akan sangat menyakitkan, walau sekeras apapun usaha yang dilakukan, hasilnya adalah suatu kekecewaan.

Seperti cinta anak puber yang menggebu terhadap seseorang yang baru dikenalnya, ketika masa sekolah atau ketika ia sedang bersemangat mengisi buku hariannya.

Sebutlah ia cinta pertama, sekilas memandang dan dunia seolah penuh warna hanya untuk dirinya dan si dia. Yah... si dia, nama yang mudah diingat ketika kelak ia melanjutkan usianya. Sebab seluruh perhatian kala cinta itu masih berstatus monyet. Saat ia tidak punya waktu memikirkan orang lain selainnya, kecuali mungkin buku pelajaran tebal dengan tugas rumah yang perlu uang fotokopi untuk makan sang guru.

Akan tetapi benarkah ada cinta yang tidak mungkin didapatkan?

Pertanyaan seperti itu di jaman emansipasi ini bukan untuk perempuan, tapi justru untuk lelaki. Sebab kita para laki atau mengaku lelaki, terkadang sanggup memikul sebantal batu kali, tapi tidak sanggup menahan cinta monyet.
Remaja, begitu bahasa sosialnya, sanggup berperang dijalanan (tawuran - red) berhadapan dengan orang yang mungkin tidak pernah bermasalah dengan kita, tapi keteteran ketika bertatap muka dengan si gadis berambut aneh itu...

Perasaan tidak berdaya dihadapan si dia yang membuat lutut kita gemetaran itu adalah hal yang normal, tapi apa yang diketahui seorang remaja jika rasa gemetaran di lututnya menjalar ke bagian lain darinya?

Jadi, mencintai seseorang yang tidak mungkin kita dapatkan bukanlah sebuah kegagalan mendapatkan cinta. Bukan pula karena cinta tidak harus memiliki, sebab kegagala terbesar seorang anak remaja adalah ketika ia tidak sanggup menahan rasa cintanya sampai ia melukai makna cinta itu.

Anda tahu maksud saya?

Cinta menunggu waktu yang tepat untuk saling dimiliki, tidak usa terburu buru untuk mendapatkannya sebab waktu menjalani cinta yang ditolak, cinta yang tidak sepadan, cinta yang tidak berbalas atau cinta yang bak gayung bersambut adalah sensasi cinta yang terindah.

Cinta tidak untuk mereka yang sedang terburu buru...

Suatu hari, seorang teman ketika masih remaja tanggung memberitahuku, sesuatu yang jarang ia lakukan. Jika dilihat dari caranya mengatakan, yang dia lakukan bukanlah sebuah pemberitahuan, melainkan semacam penyesalan atau keputus-asaan.

Ia mengatakan:
"Maafkanlah aku yang berada dalam keadaan dimana seseorang tidak mampu bergabung dalam kehidupan yang sama dengan orang-orang pada umumnya. Bahkan, aku tak sanggup menjadi bagian terkecil saja dari kalian...

Ibarat debu, aku seolah setitik tak terlihat yang memisahkan diri dan terpisah dari debu lain yang mungkin juga tak terlihat.

Aku begitu terasing dan tak sebelah mata pun akan terpandang sebab begitu rendah dan tak layak.
Maafkanlah keadaanku!!!"

====

Aku menyesalinya sebagai pengakuan, ia tidak menamatkan sekolahnya, tidak mendapatkan ijazahnya, tidak mendapat simpati dari para tetangganya. Sebab apa yang dilakukannya bukanlah hal yang patut dibanggakan.

Karena ia harus mempertanggungjawabkan kelakuannya, di usia yang semuda itu, ia harus dewasa sebelum waktunya. Mencoba menghidupi orang yang katanya ia cintai, tapi tidak bersabar menunggu sedikit lebih lama untuk mendapatkannya.

Mereka memang saling mencintai, tapi apakah mereka mempercayai cinta mereka sehingga harus mempermalukan diri di usia muda mereka yang masih seumur jagung? Apakah mereka tidak mempercayai waktu bahwa hidup masih cukup lama untuk mendapatkan sang pujaan hati?

Semua cita cita yang ia bangun, ia ceritakan kepada sahabatnya sebelum ini, harus terhambat. Ia harus mengurangi keceriaan masa remaja sebab harus menjadi seorang AYAH, dimana teman teman lain masih bersenang senang dengan bahasa gaul yang ringan dan renyah.

Cinta remaja, cinta monyet adakah ia harus bercinta, jika ia belum bisa menghidupi diri sendiri, maka cinta seperti itu tidak lebih beradab dari monyet.

remajaku yang masih ceria, cinta sejatimu saat ini adalah cita citamu. Raihlah itu..

*****

Kamis, 02 Mei 2013

Tiki taka Maut Itu Telah Maut

Apakah masih ada penikmat sepakbola di jagad ini yang meragukan kemenangan mutlak Bayern Munich atas Barcelona di Camp Nou? Kemenangan yang membungkam semua kritik terhadap hasil di leg I, dimana tudingan pada kekhilafan wasit yang kentara.

Baiklah, kita tidak bicara keunggulan FC Hollywood 3-0, yang membuat penggemar Barca seperti  sedang bermimpi. Jangankan Barcelonistas, mereka yang berharap Barca memberikan perlawanan pada Muenchen juga sedang menghitung dengan jari mereka sambil berusaha menemukan jawaban kenapa tim Jerman itu sampai unggul agregat 7 gol tanpa balas...

Akhir TIKI TAKA,

Mungkin terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa tiki taka milik Barcelona sudah berakhir. Setelah banyak klub yang menjadi bulan bulanan strategi yang bersinar sejak era Pep Guardiola itu, sekarang menjadikan Bayern Munich seperti klub paling hebat di dunia karena tim itu mempecundangi klub ter-favorit.

Tiki taka, seperti mengalami kejenuhan atau semakin banyak klub yang mampu menemukan formula untuk menandinginya. Setelah Real Sociedad memberikan pelajaran bagi Messi dkk, di kompetisi domestik, Real Madrid pun belajar banyak dan Mourinho (pelatih El Real) punya catatan lumayan baik berrhadapan dengan klub Katalan itu.

Sekarang Dier Rotten, membuktikan bahwa Barcelona adalah klub yang masih bermarkas di bumi. Dan mereka masih memainkan sepakbola di lapangan rumput yang sama dengan yang lainnya.

Kelemahan tiki taka.

Tiki Taka yang tidak berdaya   tidak perlu mencari alibi bahwa kegagalan mereka menahan  Muenchen bukan karena tidak bermainnya megabintang Lionel Messi. Sebab, dengan kepemimpinan Arjen Robben dan Frank Ribbery di Muenchen, sebenarnya sudah sejak beberapa tahun sebelum ini, Muenchen tetap menjadi klub yang menakutkan.

Jika ada yang mampu menghentikan Bayern Muenchen, maka itu adalah saat dimana Robben dan Ribbery sedang tidak akur (secara pribadi), dan kapten Philip Lahm tidak mampu mengendalikan mereka di ruang ganti.

Disisi lain, sebenarnya sejak kekalahan Barca dari AC Milan di San Siro, kelemahan tiki taka yang sudah terungkap adalah daya tahan dan determinasi sebuah tim. Fisik yang kuat dan bertenaga ala Milan di San Siro, seperti juga terlihat dengan kuatnya daya tahan pemain Muenchen di dua leg pertemuan mereka menjadikan kelincahan dan gerak penuh manuver milik Xavi cs seperti menemui tembok maya.

Kemenangan Bayern Muenchen dengan skor yang mencolok adalah rekor tersendiri, pun demikian dengan hasil yang diraih Barcelona musim ini, tiki taka yang terkenal itu belumlah usai. Tiki taka tetaplah strategi maut yang belum pudar. Meskipun selalu ada tim yang akan mampu mengalahkannya atau mungkin lebih banyak  lagi ...

Keberhasilan Munich menciptakan final sesama Jerman musim ini mungkin sebagai bukti bahwa tim tim Jerman sedang "mengganggu" dominasi klub Spanyol di Eropa. Meskipun kejayaan Jerman belum tentu akhir dari kebesaran Spanyol.

Pertanyaannya sekarang,

Dengan keberhasilan Jupp Heynckes membawa tim asuhannya ke Wembley untuk menghadapi Borussia Dortmund, dengan kemungkinan bisa meraih treble winners musim ini, apakah Muenchen benar benar membutuhkan mantan pelatih Barca, Pep Guardiola?

Rabu, 01 Mei 2013

Madrid Menang, Tetap Tersingkir ( Apakah ‘Mou’ Masih Special One? )

Benteng kokoh Borrusia Dortmund sukses menghalangi langkah Los Galacticos, Real Madrid menuju Final Liga Champions musim ini.  Leg kedua yang di helat di Santiago Bernabeau Selasa (30/4/13) malam waktu setempat atau Rabu (1/5/13) dinihari WIB, tidak memberikan keuntungan lain kepada El Real yang diperkuat tim terbaiknya (minus kiper Iker Cassilas).

Real Madrid harus menerima kenyataan dengan hasil 2 - 0 ( 0-0)

Sebagai tim tamu, Borrusia Dortmund justru  terlihat lebih menikmati permainan, terutama di babak kedua, sementara Ronaldo cs tampak terbebani dengan misi pengejaran jumlah gol yang mereka butuhkan.   Seperti diketahui minggu lalu Real Madrid yang tertinggal 4-1 di leg pertama semifinal Liga Champions, harus bersusah payah saat menjalani laga leg kedua untuk mengejar defisit 3 gol jika ingin lolos ke final.

Tapi agregat akhir 3-4 menjadikan Mourinho tetap tidak mampu membawa Madrid sebagai kampiun Eropa sejak pindah dari Inter. Kegagalan Jose Mourinho menjadi pertanyaan apaka ia masih "special one" atau hanya sekedar "the ordinary one"???

Dibabak pertama, baik Madrid atau pun Dortmund belum bisa mencetak satu gol pun. Tampaknya kegagalan membuat gol di babak pertama inilah yang membuat pemain Real semakin tertekan sehingga Lewandowski dkk malah menuai beberapa peluang emas termasuk yang "berhasil" dimentahkan mistar gawang pada menit ke 69'.

Gol yang ditunggu seluruh stadion dan pecinta Madrid seantero jagad pun akhirnya tercipta di menit ke 81. Adalah pemain pengganti Karim Benzema yang sukses memanfaatkan peluang ???

Dengan waktu tersisa 9 menit waktu normal dan sedikit asa berkat gol itu jadikan Madrid kian bersemangat. Penonton di Bernabeau pun tidak kalah gemuruh demi melihat kesempatan yang mungkin masih tersedia untuk tim kesayangan mereka. Dan benar saja, Kapten Real, Sergio Ramos berhasil membuat gol di menit 88. Gol jarak dekat itu tidak mampu diantisipasi pemain Dortmund yang semakin gugup.

Tekanan intensif menit tersisa  tidak membuat Real mendapatkan hasil yang mereka inginkan. Dan Borussia Dortmund harus mendapatkan ucapan selamat dengan keberhasilan masuk final untuk pertama kalinya setelah menunggu 19 tahun.

Pelatih Dortmund Juergen Klopp pantas mendapatkan pujian atas prestasi anak asuhnya itu. Dan Selamat untu Jerman, setidaknya untuk saat ini, saat Dortmund menyingkirkan Klub terkaya dunia Real Madrid.
;
;
=SachsTM=

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More