Bibi Bertangan Satu

Anak semata wayangnya benci dia. Dia tampak seolah sangat memalukan. Dia memunguti bulir padi dan buah sawit yang rontok untuk mempertahankan kehidupan mereka.

Pembunuhan Lanza

Amerika menjabat tangan anda dengan hangat tapi menyembunyikan belati dibalik punggung mereka..

Secangkir cokelat

entah, tapi ada sedih yang tersisa ... ada rasa yang tertinggal ... di ujung jari, ujung lidah, dan pelupuk mata ... entah, ada sebersit wajah, dan ubin-ubiin putih

Asal mula Danau Toba ( Legenda )

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kesendirian dalam merenung

Bening dan lembut Meliuk indah seolah bayangan Putri sungai dengan mata air kecilnya Cantik… bak teratai bermahkota mawar

Minggu, 25 Januari 2015

Jalan Indah Jokowi diatas Tangis Mega

Jika ada yang salah dengan Presiden Joko Widodo, Megawati Soekarnoputri serta-merta menjadi kambing hitam. Ketika Jokowi benar (sesuai keinginan semua orang), tidak ada nama Mega disana. 

Itu adalah jalan yang dipilih seorang Mega. Entah itu nasib atau kebodohan, yang pasti, itu adalah kenyataan. 

Semua jari telunjuk mengarah pada Mega terkait alotnnya pemilihan para Menteri, kenaikan BBM hingga posisi Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri). Malangnya, pilihan sang Presiden pada Komjen. Budi Gunawan yang disegerakan menjadi tersangka oleh KPK sesaat sebelum menjalani uji patut dan layak di DPR menjadi polemik. Kedekatan Mega dan BG ( yang mantan ajudannya ) menjadi pembenaran yang sulit dibantah. Fakta berikutnya adalah pengakuan Ketua KPK Abraham Samad bahwa sebelumnya KPK telah memberi "tanda merah" atas nama BG dalam daftar calon pembantu Presiden sebelum pemilihan anggota kabinet. 

Herannya bagaimana mungkin BG dimasukkan seagai calon menteri padahal BG masih aktif dikepolisian?. 


Tidak sedikit yang menuduh bahwa Jokowi berada dalam tekanan Mega ketika harus memilih BG sebagai calon Kapolri tunggal diantara beberapa hasil seleksi/rekomendasi Kompolnas. Meskipun mereka gagal menunjukkan tekanan untuk kepentingan apa hingga seorang Megawati melakukannya? Jika memang Mega menekan Jokowi soal calon Kapolri demi reformasi dan memperkuat Polri itu sendiri, tidak ada yang salah bukan? 

Sayangnya kita lebih sukan negative thinking dengan asumsi untuk menyelamatkan masa lalu Mega, misalnya. Masa lalu ( konon BLBI ) yang bahkan empat Kapolri masa pemerintahan SBY ditambah keberadaan KPK tidak bisa dibuktikan. Padahal dari segi waktu, masa SBY pastinya lebih dekat dengan segala bukti yang diperlukan untuk menguak skandal BLBI itu. 

Harus diakui, semua perkiraan dan tuduhan pada Mega soal situasi terkini sebenarnya hanya untuk memperkuat argumen bahwa di negeri kita sekarang, yang menentukan adalah Megawati. 

Mega vs SBY? 

Lebih lanjut, beberapa pengamat memperluas tudingannya soal keinginan Presiden Jokowi menjadikan Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri. BG yang sudah lolos uji patut dan layak di paripurna DPR untuk menggantikan Jenderal Sutarman yang sebenarnya belum habis masa jabatannya. Masa jabatan Sutarman inipun masuk arena yang ikut meramaikan polemik, hingga soal benarkah beliau diberhentikan dengan hormat atau sesungguhnya mengundurkan diri?


Namun para pengamat politik tidak lupa memberi bumbu dengan menebar aroma perseteruan kekuasaan antara Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam benak pengamat, keduanya mencoba memainkan peranannya untuk mencari celah bagaimana menyelamatkan seluruh aset kekuasaan dan kebijakan mereka sebelumnya sehingga tidak terjerat masalah hukum.

Tak bisa dipungkiri bahwa terlihat jelas adanya persaingan para jenderal polisi untuk eksistensi kelompok atau faksi mereka. Biasanya mereka juga bersimpati pada partai tertentu. Penetapan tersangka oleh KPK terhadap BG tentunya menguntungkan kelompok pesaingnya. Faksi pro Mega dan pro SBY ini merupakan bentuk lain dari persaingan Presiden ke-5 Megawati dengan Presiden ke-6 SBY melalui pencalonan Kapolri.


Independensi Jokowi

Meski berkuasa hanya sekitar tiga tahun, Megawati memiliki reputasi yang sulit dibantah bahwa beliau mumpuni memilih orang orang terbaik. Kejeliannya melihat kemampuan seseorang menjadikannya layak disebut King Maker. SBY, JK, Boediono hingga Jokowi sendiri ia "temukan" bukan sekedar kebetulan. 

Jika Jokowi belajar memilih anak buah dengan berkonsultasi pada Mega , itu bukanlah sesuatu yang salah. Apalagi Jokowi sedang memilih calon Kapolri yang dapat diibaratkan "ketika seorang pendekar memilih pedangnya". Dibutuhkan pengetahuan dan keahlian terkait senjata itu sendiri, termasuk kemampuan/kesanggupan untuk mengendalikannya. 

Ditengah pro dan kontra pada keberadaan BG, Jokowi yang kemudian memutuskan untuk mengangkat Komjen Badrodin Haiti sebagai Pelaksana tugas (plt.) Kapolri. Jalan tengah ini menunjukkan bahwa Jokowi sudah cerdas membaca situasi dan tidak rela polemik ini dijadikan ajang saling membusukkan nama orang per-orang atau institusi. Bahkan, pilihan itu menunjukkan Jokowi seorang yang independen dalam keputusannya yang dalam bersamaan juga mampu keluar dari upaya tekanan politik yang disiapkan lawan untuk menjepitnya.


Segala permasalahan dan pujian yang menghampiri Jokowi adalah lumrah sebagai figur milik seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Meskipun ketika dalam mengambil kebijakan tidak populer, ada nama Mega yang jadi bahan hujatan. Itupun tak bisa dihindari dari masyarakat yang hanya tahu salah dan berpikiran negatif.

Sedikit yang mahfum bahwa adalah wajar kemungkinan tekanan dan dukungan untuk Jokowi dari seorang Mega sebagai bentuk pengaruh dari Ketua Umum PDI-Perjuangan itu untuk kemaslahatan semua anak bangsa. Setuju atau tidak, sebagai mentor politik bagi Jokowi, saat ini pengaruh Megawati dalam politik dan kenegaraan tak bisa di abaikan. Presiden Jokowi tak bisa melepaskan diri dari bayang bayang Mega di belantara busuknya politik negeri ini. 

Jangan salah mengartikan keberadaan Megawati atas situasi saat ini. Meski Jokowi jelas - jelas seolah tidak boleh salah atau sangat ditunggu kesalahannya, di negeri kita ini masih ada Megawati. Orang yang tidak akan membela diri ketika dikambinghitamkan. Orang yang salah atas segala cela kebijakan Jokowi. Orang yang gagal dalam kesuksesan anak buahnya, termasuk Jokowi. 

Dan tahukah anda bahwa semua itu menegaskan betapa Mega menjadi kunci utama dan sangat berpengaruh pada politik nasional saat ini. Perjalanan negeri ini.

=====

Pernyataan ini:


"Pak Jokowi, kami Cuma mengingatkan satu hal, engkau berhutang kepada kami dan bukan kepada Megawati. Kami yang mengantarkanmu ke Istana dengan air mata dan bukan moncong putih itu." 

=====

Sesungguhnya orang yang mengungkit dan bicarakan jasanya, adalah orang yang riya' lagi tidak ikhlas.
Dan orang yang banyak bicara, menuntut dan mengeluh sesungguhnya orang yang paling sedikit berbuat.

Salam, 

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More