Senin, 30 November 2009

Kepompong Kehidupan

Semua tahu apa itu kepompong, jadi rasanya tidak perlu dijelaskan secara detil.

Hanya saja, apakah kita pernah menyadari bahwa kita hidup di dalam
kepompong ? Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar dari
kita, secara tidak sadar, telah membuat kempompong dan tinggal di
dalamnya. Lalu bagaimana kepompong itu mulai terbentuk ?

Kepompong –seperti halnya kepompong ulat- mulai terbentuk pada saat
kita berada pada satu situasi yang unfavourable. Sedikit demi sedikit
unfavourable situation mendorong kita memunculkan response untuk
membuat kita merasa aman.

Dalam teori psikoanalis, disebutkan bahwa response yang muncul untuk
membuat kita merasa aman dan nyaman di dalam situasi yang unfavourable
adalah dikenal sebagai Mekanisme Pertahanan Ego atau Ego Defense
Mechanism. Gerald Corey dalam bukunya Theory and practice of
counseling and psychotherapy (Brooks/Cole-Thomson Learning, 2005)
menjelaskan beberapa macam mekanisme pertahanan ego yaitu :

Monas


~Represi adalah mekanisme pertahanan ego yang paling dasar di antara
mekanisme pertahanan lainnya, dan merupakan pertahanan ego dengan cara
menyingkirkan segala bentuk tekanan dengan cara menhilangkannya dari
kesadaran pikiran dan perasaan, atau menekannya kea lam bawah sadar.
Misalnya saja : seorang staff habis dimarahin oleh atasannya karena
melakukan satu kesalahan, tetapi dia tetap tenang, tersenyum dan
seolah-olah tidak ada sesuatu yang terjadi.


Monas


~Denial adalah mekanisme pertahanan ego dengan cara memainkan peran
defensif, yaitu orang menyangkal untuk melihat atau menerima masalah
atau aspek hidup yang menyulitkan. Denial ini dilakukan secara sadar,
dan yang melakukan tahu bahwa dia sedang melakukan penyangkalan.
Misalnya : seseorang dicemooh kawan-kawannya karena berbohong, dan
supaya dia merasa nyaman maka dia dengan keras menyangkal bahwa dia
berbohong.


Monas

~Reaction Formation adalah bentuk pertahanan terhadap impuls yang
unfavourable melalui munculnya reaksi yang bertentangan atau bertolak
belakang dengan impuls-impuls yang unfavourable tersebut. Misalnya :
seorang yang pura-pura sayang atau care, padahal sebenarnya benci.

Monas


~Proyeksi adalah salah satu cara pertahanan ego dengan mengakukan atau
memindahkan pikiran, perasaan, atau motif yang tidak dapat diterima
tersebut kepada orang lain. Singkat kata adalah mengkambing hitamkan
orang lain. Misalnya : seorang staff ingin pulang awal, dan mengatakan
kepada atasannya bahwa kawannya yang ingin pulang awal.

Monas


~Displacement adalah cara mempertahankan rasa nyaman dengan
memindahkan objek yang mengancam kepada objek "yang lebih aman".
Misalnya : manager dimarahin oleh direkturnya, dan dia tidak bisa
melampiaskan kemarahan ke direktur, maka dia melampiaskan kemarahannya
kepada staffnya.


Monas

~Rasionalisasi adalah mekanisme pertahanan ego dengan cara
menggunakan penjelasan yang logis untuk mengurangi adanya ancaman atau
situasi yang unfavourable.Misalnya : seorang anak gagal dalam
menjalani ujian akhir SMA dan mempunyai NEM buruk, maka untuk
memunculkan kondisi yang favourable, dia menjelaskan bahwa soal ujian
tidak pernah diajarkan gurunya, atau dia dalam keadaan sakit sewaktu
ujian.

monas


~Sublimasi adalah bentuk positif dari mekanisme pertahanan ego, yang
dalam hal ini impuls-impuls yang unfavourable diatasi melalui
dilakukannya tindakan yang positif dan cenderung kreatif. Misalnya :
agresifitas disalurkan menjadi prestasi olahraga.
Regresi adalah salah satu usaha mencapai rasa nyaman melalui kembali
kepada bentuk tingkah laku yang sudah ditinggalkan atau bertinngkah
laku tidak dewasa (seperti anak-anak). Misalnya : staff yang ngambek
sesudah dimarahi oleh direksi.


Monas


~Introspeksi adalah mengambil alih dan mengaplikasikan nilai-nilai
standar orang lain pada diri sendiri. Misalnya : seseorang melihat
orang lain berdoa setiap kali ada masalah, maka diapun akan meniru
dengan melakukan doa. Sebaliknya ada pula yang memukul anak setiap
marah, maka si anak akan memukul juga orang lain saat marah.


Monas


Itulah mekanisme-mekanisme pertahanan ego yang dilakukan oleh kita
untuk mengatasi unfavourable stimulus. Selanjutnya, apakah kaitannya
dengan hidup di dalam kepompong ?

Seperti yang sudah disebutkan, hidup di dalam kepompong artinya hidup
di dalam shelter atau perlindungan yang memberikan rasa aman bagi
dirinya. Dalam hal ini, kepompong merupakan mekanisme pertahanan ego
yang dibangun dan melindungi dari rasa tidak aman. Semakin tebal
kepompong yang ada maka semakin banyak mekanisme pertahanan ego yang
menyelimuti. Individu yang hidup berselimutkan mekanisme pertahanan
ego adalah individu yang dapat dikatakan mempunyai hambatan dalam
pergaulan atau bersosialisaasi. Ini berarti bahwa infividu yang
bersangkutan tidak memiliki cukup kemampuan untuk melakukan adjustment
dan menganggap bahwa setiap pergerakan sosial, setiap kritik, setiap
celaan, setiap cemoohan adalah merupakan sebuah ancaman terhadap ego.


Selanjutnya, bagaimana supaya kita tidak hidup dalam kepompong ?

Monas

V.D. Schwantes dalam bukunya berjudul Ethics in a Cocoon: How (Not) to
Live Well Together (AuthorHouse, 2007) menyebutkan bahwa untuk dapat
keluar dari kepompong maka ada beberapa variable penting yang harus
diperhatikan, yaitu :
~ human--intellectual (realitas, fakta, pengetahuan),
~ spiritual (keselarasan, keseimbangan),
~ moral (kebaikan, budi pekerti,sopan santun, etika).

Monas


Human Intellectual berarti dalam menghadapi setiap pergerakan dan
perubahan sosial haruslah mengedepankan unsure intelektual, artinya
semua perubahan harus dilihat secara seksama, dianalisa, dan tidak
langsung mengantisipasi setiap impuls dengan sembarangan. Apabila kita
langsung memberikan response terhadap setiap peristiwa atau perubahan
sosial maka tentunya response yang kita berikan bukan selamanya tepat,
kadang malah tidak sesuai sehingga menimbulkan kecaman bertubi-tubi.
Nah untuk ini, setiap kritik, dan cela yang diterima adalah stimulus
yang harus ditanggapi dengan tenang dan sebelum ditanggapi maka semua
harus dipahami, dicerna, dan dianalisa. Artinya, Human Intellectual
juga harus diimbangi oleh unsur spiritual dan moral. Mengapa demikian
? Sering terjadi bahwa hasil olah pikir langsung disampaikan tanpa
melihat lagi unsur keselarasan, dan moral.

Monas


Faktor sipiritual dan moral ini lebih merupakan control atas
human-intellectual. Adanya unsur spiritual dan moral inilah maka
setiap perubahan sosial (termasuk disini adalah celaan, kritik,
cemoohan) akan ditanggapi dengan hati-hati dan cermat sehingga tidak
menimbulkan komentar lanjutan. Seseorang dianggap sudah hidup di luar
kepompong apabila mampu menghentikan semua celaan, cemoohan, kritik,
dan lain-lain hanya dengan satu response singkat atau bahkan tanpa
bertindak sesuatu sudah bisa mengatasi semuanya.

Monas


Prinsip di atas mudah untuk dikatakan tetapi sulit untuk dilaksanakan.
Adanya faktor emosi atau perasaan adalah perlu diperhatikan, mengingat
bahwa tidak ada manusia satu-pun yang bisa menanggalkan emosinya.
Kalau demikian, dapat dikatakan bahwa hidup di luar kepompong adalah
sesuatu yang idealis. Ehm, apakah ini benar ? Sebab secara nyata
dijumpai juga banyak yang hidup di luar kepompong.

There is no world without a word,
*Copas dari sebuah milis*


Monas

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More