Bibi Bertangan Satu

Anak semata wayangnya benci dia. Dia tampak seolah sangat memalukan. Dia memunguti bulir padi dan buah sawit yang rontok untuk mempertahankan kehidupan mereka.

Pembunuhan Lanza

Amerika menjabat tangan anda dengan hangat tapi menyembunyikan belati dibalik punggung mereka..

Secangkir cokelat

entah, tapi ada sedih yang tersisa ... ada rasa yang tertinggal ... di ujung jari, ujung lidah, dan pelupuk mata ... entah, ada sebersit wajah, dan ubin-ubiin putih

Asal mula Danau Toba ( Legenda )

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kesendirian dalam merenung

Bening dan lembut Meliuk indah seolah bayangan Putri sungai dengan mata air kecilnya Cantik… bak teratai bermahkota mawar

Minggu, 21 Januari 2024

Utak Atik Capres Pilihan Pak Lurah 2024

 

Foto: RRI


Setiap musim kontestasi politik, perebutan pengaruh pada basis besar suara pemilih diperlukan untuk meraih dukungan massa. Akselerasi dan infiltrasi pada basis lawan pun pula diperlukan terutama dari setiap pasangan capres dan cawapres yang bersaing. 

Menurut peta politik, berdasarkan kategori pemilih, kita tahu ada pemilih nasionalis dan adapula religius. Lalu ada istilah massa mengambang atau “swing voters”. Meski tidak signifikan, ada juga pemilih berdasarkan entitas kesukuan dan basis kelompok lainnya. 

Namun, pada pemilu 2024 ini, terutama pada segmen pemilihan presiden (pilpres) terlihat cair meski sedikit semrawut .

Ada kegaduhan, menggelitik opini ketika ada upaya yang cukup berhasil membuat semisal partai Demokrat kelelahan dengan dualisme ‘kepemilikan’ sebelum diputuskan oleh Mahkamah Agung siapa pemiliknya yang sah. Apapun hasilnya dari MA, Demokrat tetap butuh waktu meraih kepercayaan diri dan konsolidasi internal untuk menatap pendukungnya.

Demokrat yang sedang tidak siap pada permainan tingkat tinggi melahirkan komunikasi antara PKB dan PKS. Diluar perkiraan, dua partai yang sebelumnya terlihat sulit bertemu karena perbedaan pandangan ideologi ini justru bisa bersama dan menjalin koalisi yang dimotori Nasdem untuk mengusung pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Kemudian resmi kita kenal sebagai pasangan nomor urut 01. 


Partai utama pemerintah PDIP terlalu kuat untuk dirongrong, bagaimana pun selalu ada cara bagi para petualang politik. Cawe-cawe yang berhasil menarik ikan besar seperti Budiman Sudjatmiko sedikit banyak menghasilkan efek getar bagi partai Banteng. Demi melahirkan pasangan yang terlihat sangat nasionalis tapi isinya mayoritas kelompok pragmatis cenderung kapitalis. Kemudian resmi kita kenal sebagai pasangan nomor 02.

Seorang Budiman Sudjatmiko belum cukup, kader lain yang sempat dianggap maskot partai yang meredup, Maruarar Sirait dipoles ulang. Bukan di pihak Banteng, melainkan diseberang, di kelompok cawe-cawe. Menambah getaran di kubu Banteng? 

Meski digembosi ditengah kontestasi yang sedang berlangsung, PDIP yang menolak presiden 3 (tiga) periode memilih tetap tenang. 

Mereka masih teguh dan masih berprinsip pada akar politik lama, yakni gabungan antara nasionalis dan religius. Militansi kader PDIP diuji pada representasi salah satu kader terbaiknya yang diusung pada pilpres 2024 yakni Ganjar Pranowo. Didampingi pejuang hukum Mahfud MD, pasangan ini ( kemudian dikenal sebagai 03 ) adalah salah satu yang bisa dikatakan tidak bisa di utak-atik oleh tangan politisi busuk melalui cara biasa. 

Prinsip Sengkuni perlu melakukan cara yang tidak terpikirkan sebelumnya. Termasuk menarik kader bintang tak bersinar menyeberang dengan dalih “mengikuti arah angin”. 


Masih akan ada lagi gelombang migrasi ke kubu lain atas nama arah angin? Bisa jadi.  PDIP harus bersiap karena masa kontestasi masih cukup panjang bahkan hingga hari tenang. Semua bisa dibenarkan selama itu untuk berkuasa. Syarat usia capres - cawapres saja bisa diubah  dalam satu hari kok.


Kalau kita jeli, ketika isu tiga periode berhembus, hampir bersamaan dengan usaha pengambilalihan “kepemilikan” Demokrat. Ibarat ini seperti mengukur kedalaman air 

Belakangan, seiring  terjalinnya pasangan Anies dan Muhaimin, Demokrat yang hilang pegangan hingga bertekuk lutut adalah sukses Sengkuni. 

Dengan merapatkan PKB untuk berkoalisi dengan Nasdem.  Demokrat pun merajuk karena tersisih dari koalisi baru bentukan Surya Paloh tersebut. Satu kandidat potensial ( Agus Harimurti Yudhoyono) ter-eliminasi.  Sepertinya seseorang yang memang sudah tertutup pintu tiga periodenya sudah mempersiapkan skenario lain.

Narasi berubah, melanjutkan kinerja, program dan legacy sebelumnya. 

Dengan berpindahnya PKB yang sejak awal ngotot mencalonkan Muhaimin Iskandar sebagai cawapres ke barisan Nasdem, setengah pintu terbuka lebar. 

Demokrat yang tersedu-sedu merapat ke barisan Gerindra, tidak punya daya tawar menarik selain basis massa yang stabil. Apalagi menawarkan putra mahkota AHY sebagai cawapres, tidak terlalu menarik. Ada yang yang lebih menarik daripada seorang AHY. 

Selanjutnya, kita sudah disuguhi  sengketa usia calon yang konon diputuskan sang paman melalui lembaga hukum resmi negara. Terjawab!

Terlepas dari semua praktik politik yang kurang etis , adalah PDIP dan PKS di lain pihak sebagai yang potensial gigit jari pada pemilu kali ini. Sebabnya adalah lingkaran cawe-cawe sedang berada dalam gerilya yang nyaman. 

Seandainya nanti Pilpres berlangsung dalam 2  (dua) putaran. Pengarah angin pasti akan mengambil kembali restunya bekerja dan mengatur parpol dari koalisi 01, terutama antara Nasdem dan PKB. 

Ada apa dengan PKB yang tetiba bergabung dan menggusur Demokrat? Sejak dini keduanya tegas menolak keras koalisi baru dengan kubu 03 jika seandainya ada putaran kedua pilpres.

Dari sini kita bisa melihat jika 01 sebenarnya lebih mungkin ke kubu 02. Apalagi selama kampanye, Anies yang frontal ke Prabowo seolah menjadikan dirinya dijauhi pemilihnya, besar kemungkinan malah beralih ke pasangan lain.  Walaupun ini tidak cukup membawa pilpres pada satu putaran.


Sejatinya pada kontestasi pilpres 2024 kali ini, terdapat perubahan pilihan pada basis entitas kesukuan secara drastis. Sebelumnya pada basis pemilih di pulau Jawa, cenderung akan memilih capres yang sama dari sukunya. Demikian pula dari Tatar Sunda biasanya tidak terlalu tertarik pada calon dari suku kerabatnya tersebut. 


Pada pilpres ini akan terjadi pembelahan besar pada mayoritas masyarakat Jawa. Dimana suara pemilih paling banyak diperebutkan.

Sebagian mereka yang masih memiliki dukungan emosional pada sosok yang sedang berkuasa dan dianggap sedang mencoba mewariskan kekuasaan pada anaknya. 


Pasca buyarnya isu tiga periode, mentahnya upaya kooptasi Demokrat di MA, genitnya PSI yang kemudian dikapitalisasi pangeran lain. Jelas ada benang merah yang bisa jadi adalah fakta dan indikasi yang kuat bahwa dalam pilpres kali kekuasaan pun ingin langgeng. 

Pengkhianatan pada etika dan selingkuh politik secara terang-terangan sudah dipersiapkan secara detil dan spesifik. Kiranya kita semua  sadar, jika pengarah angin sejatinya bukanlah manusia yang jujur pada dirinya sendiri apalagi orang lain. 

Sering kali seseorang ingin berdansa di istana megah, meski kita tahu betul tidak ada pesta yang yang tak berakhir.

ASA

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More