Sabtu, 21 November 2009

Untukmu Raja huta




Konon, di negeri antah-berantah, memerintahlah seorang Raja Huta yang bijaksana.

Apapun yang dititahkan Raja Huta selalu dikerjakan staf-stafnya. Namun, para staf itu punya satu kebiasaan buruk: mereka suka mencari perhatian, menjilat dan angkat telor dengan cara yang berlebihan.


Kalau berjalan beriringan, mereka akan berlomba-lomba “menyenangkan” hati Raja Huta dengan cara memuja-muji.

Yang satu berkata: Bapak adalah Raja Huta yang paling bijaksana di seluruh dunia; tak ada Raja Huta lain di muka bumi ini yang melebihi kebijaksanaan bapak.

Yang lain tidak mau kalah: Kita sungguh berbahagia memiliki Raja Huta yang amat perkasa; tidak pernah korupsi.

Tidak mau ketinggalan, staf lain pun bersuara: Raja Huta kita memang luar biasa; jangankan korupsi, pengabdian bapak untuk rakyat sangat luar biasa.





Demikianlah mereka menghalalkan segala cara untuk mencari muka.

Lama kelamaan, Raja Huta itu makin kesal dengan semua perlakuan tersebut dan mulai menyusun rencana untuk memberi sebuah pelajaran.

Suatu hari, Raja Huta itu mengajak para staf-stafnya berjalan-jalan ke-desa-desa. Seperti biasa, staf-stafnya kembali berlomba mengeluarkan pujian-pujian gombal.

Raja Huta itu kehilangan kesabarannya pun berujar, “Kalian mengatakan bahwa aku adalah seorang Raja Huta yang paling hebat di muka bumi?”

“Ya, benar, pak. Itu jelas. Apa saja yang bapak perintahkan pasti terjadi,” seperti koor para staf-stafnya itu menjawab.

“Betulkah kalau aku memerintahkan rakyat membayar pajak, izin gangguan, galian C dan fee 15% dari proyek mereka akan melakukannya?”

“O, sudah pasti, sudah pasti,” para staf-staf itu berebut cepat menjawab.

“Aku juga pernah mendengar, karena pengabdian-ku semua hal akan tunduk kepada perintahku. Benarkah itu?”

“Benar pak. Segala perintah atau Perda pasti dituruti oleh segala sesuatu di daerah ini.”

Demikian Raja Huta dengan staf-stafnya seperti katak dalam tempurung. Nah…bagaimana, Raja Huta mu beserta staf-stafnya..???



Untuk-mu para Raja Huta dimanapun berada.

Etos ke-6 berbicara tentang seni. Dan aspek seni yang bisa kita pelajari dari kisah ini adalah seni mendidik orang, seni menegur, seni memberi pelajaran.

Raja Huta memberikan pelajaran yang penting dan berharga kepada para stafnya dengan cara yang kreatif dan efektif. Itulah salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Memang, kepemimpinan adalah sebuah seni.

Seni diperlukan bukan saja dalam memimpin, tetapi dalam semua aspek pekerjaan.

Kita semua dianugerahi dengan bakat, talenta, dan kemampuan seni yang beragam. Manfaatkanlah itu, niscaya kita akan berkembang menjadi orang yang lebih kreatif menyelesaikan pekerjaan kita.

Jika kita menerapkan rasa seni pada semua aspek hidup dan pekerjaan kita, maka kita selalu bisa menemukan cara yang unik untuk menyelesaikan masalah-masalah kita sesuai dengan diktum etos ini: aku bekerja cerdas penuh kreativitas.


Lalu bagaimanakah sikap kepemimpinan seorang Raja Huta yang berlandaskan DALIHAN NA TOLU..??

(Sumber: Naimarata Indonesia - FB)
*Gambar/photo milik pribadi

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More