Sabtu, 10 November 2012

* Pribadi yang Korup

Seorang pesepakbola pasti akan sangat bangga jika dia dimainkan disetiap pertandingan timnya. Apalagi jika itu adalah pertandingan yang paling ditunggu banyak penggemar klub yang akan bertanding sehingga menarik minat media televisi untuk menyiarkannya.

Dalam siaran langsung yang sering kita lihat di televisi, beberapa peristiwa penting jalannya pertandingan mendapat sorotan melalui ulasan maupun replay alias kilasan ulang singkat. Misalnya saat terjadi gol, aksi individu yang memukau dan pelanggaran.

Wasit yang memimpin pertandingan secara manusiawi sering melewatkan momen yang akhirnya jadi kontroversi. Misalnya seorang pemain handsball di kotak penalty yang berujung pada golnya disahkan. Dan media tv penyiar biasanya akan menyoroti hal ini dengan berulang-ulang.

Hal yang ingin saya kemukakan bukanlah sah tidaknya gol tersebut, melainkan sikap ‘gentleman’ alias ksatria atau sportivitas seorang manusia/pemain.

Jika seorang manusia sudah terbiasa akan kebohongan dan kelicikan yang menghalalkan segala cara unguk mencapai keinginannya, maka secara spontan akan menutupi kesalahannya dengan sesempurna mungkin.

Sebaliknya, kalau seseorang mempunyai pribadi yang jujur dan ikhlas maka secara sadar dia akan menunjukkan sikap ksatria dan sportivitas dengan menganulir semua pembenaran atas kesalahannya.

Baginya salah adalah salah dan benar tidak harus dibenarkan.

Pribadi-pribadi yang korup ibarat pemain handsball yang merayakan golnya tadi. Walaupun banyak yang menyaksikan tapi ia tetap mengakuinya, demi keuntungan diri dan hasrat pribadinya dengan segala cara yang tidak fair.

Pribadi-pribadi yang korup selalu merasa sebagai pahlawan walaupun sebenarnya ia hanya seperti tikus yang bergembira diatas tumpukan padi petani.

Pribadi-pribadi yang korup hanya memikirkan harta dunia dan nama besar sementara merugikan orang lain.

Pribadi – pribadi yang korup adalah pengecut yang tidak sanggup mengakui kehebatan orang lain selainnya.

“Mendaki Himalaya mungkin sangat sulit bahkan mustahil bagi kebanyakan orang tapi jauh lebih sulit mengakui kesalahan dan kecurangan yang kita lakukan”




<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<0o0>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More