Selasa, 03 Desember 2013

Dua Negara Dalam Cengkraman Gurita Raksasa



Dua negara yang berada di Zona Ekonomi paing aktif di dunia sedang berjuang menjatuhkan pemerintahan yang mereka pilih sendiri karena alasan yang berbeda namun memiliki jalan yang relatif sama, unjuk rasa. Pertunjukan kekuatan ala people's power ini terjadi di Thailand (zona ASEAN) dan Ukraina (zona Eropa). Perbedaan dari aksi di kedua negara ini adalah penyebab unjukrasa itu sendiri dimana Thailand karena RUU yang dinilai akan memuluskan pengampunan dan mengudang mantan Perdana Menteri  Thaksin Shinawatra kembali ke negaranya, sedangkan di Ukraina karena kuatnya pengaruh Rusia pada pemimpin mereka.

Dari ibukota Kyiv dilaporkan ratusan ribu demonstran Ukraina pada Senin mengepung gedung-gedung pemerintah di Kyiv dan menyerukan penggulingan perdana menteri dan kabinetnya , kemarahan pada keputusan presiden yang menganulir kesepakatan untuk bergabung dengan Uni Eropa (UE) mencekam  negara itu dan mengancam  pemerintahannya .


Demonstrasi yang berlangsung di lapangan Maidan atau Lapangan Merdeka, Kyiv itu sebagian besar damai, sampai sekelompok pengunjuk rasa berusaha menyerbu kantor Presiden Viktor Yanukovych . Setelah bentrokan, polisi menghalau pengunjuk rasa dengan gas air mata dan tongkat, melukai puluhan orang. Itu adalah tindakan keras polisi terhadap demonstran pada Sabtu pagi lalu yang  bertujuan untuk menurunkan presiden dan pemerintahannya .


Setidaknya tiga anggota parlemen dari (Party of Regions) Partai  Daerah Daerah  mengundurkan diri sebagai bagian dari protes dimana salah satu dari mereka adalah Inna Bohoslovska  yang sebelumnya pendukung utama pemerintah. Seorang pejabat Kementerian Pertanian juga mengundurkan diri Senin. Pihak oposisi berharap untuk menggulingkan Kabinet Perdana Menteri Mykola Azarov selama mosi tidak percaya di parlemen.


Oposisi  yang saat ini menguasai sekitar 170 kursi  membutuhkan setidaknya 226 suara dari  450 kursi yang ada di RADA (DPR Ukraina) . Oleksandr Yefremov, ketua Fraksi Partai  Daerah di parlemen mengatakan anggota parlemen akan membahas situasi Selasa pagi dan kemudian mungkin menempatkan mosi tidak percaya melalui mekanisme voting . Meskipun pada saat yang sama, ia mengatakan tidak ada alasan untuk memberhentikan pemerintahan.


Sementara juru bicara pemerintah Ukraina, Azarov Vitaly Lukyanenko mengatakan mereka tidak berencana untuk memberlakukan keadaan darurat. Menurutnya, melalui kantor berita Interfax,  bahwa karena pegawai pemerintah tidak dapat mengakses gedung pemerintahan, maka mereka akan bekerja secara online. Situasi ini akan semakin menekan perekonomian bermasalah Ukraina  yang telah dalam resesi selama lebih dari setahun belakangan.

Masalah ekonomi yang dinilai lebih menguntungkan jika bergabung dengan UE oleh opposisi sementara Presiden Yanukovych dan Perdana Menteri yang menjalankan kabinet merasa kesulitan untuk melepaskan diri begitu saja dari Rusia. Pemerintah Ukraina menganggap Rusia jauh lebih setia kawan dan akan membela kepentingan  nasional suatu negara yang bersahabat dengan mereka. Seperti kasus Suriah dimana Rusia telah meruntuhkan nama baik Barat (UE dan Amerika). Bahkan Mesir melihat Rusia  kini sebagai teman yang diperlukan daripada Barat yang sering terlibat terlalu jauh dengan ancama embargo sewaktu-waktu.


Presiden Yanukovych sekarang berjuang untuk mempertahankan karir politiknya sementara waktu tidak lagi di sisinya. Pihak oposisi ternyata juga mendapatkan beberapa dukungan dari saluran televisi utama Ukraina, yang dimiliki oleh pengusaha terkaya di negara itu. Alih-alih sebagian besar tengah menuruti pemerintah, media telah mulai memberikan sarana yang lebih besar kepada para pengunjuk rasa . Ini adalah tanda bahwa pemilik media terbesar itu  tidak senang dengan penolakan pemerintah untuk menandatangani kesepakatan Uni Eropa dan mengejar hubungan perdagangan yang lebih baik dengan Rusia sebagai gantinya



Protes telah diselenggarakan setiap hari di Kyiv sejak Yanukovych pada 21 November mundur dari kesepakatan terkait perdagangan bebas dan memperdalam kerjasama politik antara Ukraina dan Uni Eropa.  Dia membenarkan keputusan dengan mengatakan bahwa Ukraina tidak mampu untuk memutuskan hubungan perdagangan dengan Rusia. Yanukovych juga enggan untuk membebaskan rival utamanya, mantan Perdana Menteri Yulia Tymoshenko dari penjara  yang oleh Uni Eropa sebut sebagai  politik balas dendam. UE sendiri menginginkan pembebasan Yulia Tymoschenko sebagai prasayarat utama dalam aturan kesepakatan yang dimaksud.

Rayuan Eropa dengan  ekonomi luasnya sepertinya tidak menjamin ketertarikan pemerintahan Yanukovych karena pembelaan Rusia pada negara sahabatnya lebih menjamin sebuah pemerintahan.

Pengaruh Rusia dengan perlindungan yang mereka berikan dari rongrongan Barat bagi Ukraina seperti halnya dengan pengaruh Thaksin Shinawatra di Thailand. Pemimpin rakyat desa itu terlalu kuat  membayangi politik negeri gajah  putih hingga beberapa pemerintahan kandas setiap kali dihubungkan dengannya. Baik opposisi atau pemerintah silih berganti oleh karena nama Thaksin, tidak terkecuali adiknya Yingluck Shinawatra ( kini Perdana Menteri ) menjadi bulan bulanan opposisi dengan atribut kaos merah. Sebelumnya Yingluck adalah opposisi ( Kaos Kuning ) menggoyang pemerintahan Abhisit Vejjajiva atas pengaruh Thaksin yang masih berada diluar negeri hingga kini.

Kekuasaan dan penguasa sering tumbang bukan oleh orang kuat melainkan oleh mereka yang berpengaruh.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More