Minggu, 03 November 2013

Anakku Mengancam Bunuh Diri


Ibu penjual nasi itu sesegukan bercerita perihal niat anak perempuan satu satunya dihadapanku. Beliau ingin minta tolong untuk disediakan uang sejumlah tertentu agar anaknya terhindar dari kematian yang dipaksakan. Sulit baginya untuk bernafas dengan normal karena dadanya terhimpit sesak oleh beban yang tidak bisa disalurkan hanya dengan airmata.

Ia hanya penjual nasi di pasar tradisional dengan pelanggan yang sering mengutang dan bahan baku yang melambung tinggi di Jakarta ini.

"Kepada siapakah aku harus mengadu?" teriaknya, sementara dalam pikiranku mengamini teriakannya itu karena ia memang seorang janda ditinggal mati suaminya. 

Setelah ditelusuri, ternyata penyebab anak itu ingin bunuh diri adalah karena sang ibu menolak memberikan uang yang tidak dipunyainya kepada pihak sekolah dimana sang anak bersekolah. Para guru disekolah yang berlokasi di Jakarta Timur itu sepakat untuk mengadakan perjalanan wisata ke Bali selama empat hari. Dan dana yang diminta dari setiap siswa adalah sebesar Rp. 3,7juta. Sama seperti tuntutan buruh dalam demo kenaikan upah 2014 kemarin. 

Para guru sepertinya memanfaatkan gengsi para remaja didikannya untuk kepentingan mereka sendiri, hal ini terlihat dari tidak adanya manfaat dari segi belajar mengajar agar para murid menjadi pintar. Wisata ke Bali tidak ada hubungannya dengan menjadikan seorang siswa menjadi berprestasi atau giat belajar.

Anak sang ibu tukan nasi ini ternyata menjadi malu karena teman temanya bisa ikut ke Bali, sementara dirinya dan mungkin beberapa teman lainnya tidak bisa ikut karena tidak punya biaya. 

Entah apa maksud para guru di sekolah  yang bersangkutan sementara banyak sekolah atau pelajar di seantero Indonesia kesulitan biaya sementara mereka malah mengajarkan pemborosan dan foya-foya. Sekali lagi, tidak ada manfaat wisata ke Bali dari segi kegiatan belajar mengajar. 

Mungkin bukan hanya si ibu penjual nasi tadi yang mengeluhkan rencana pihak sekolah ini, dan amat disayangkan jika sebenarnya para guru itu sendirilah yang ingin jalan jalan, tapi memanfaatkan gengsi dan kepolosan para siswa untuk memungut biaya yang tidak perlu diantara beban hidup yang menggigit di Ibukota.

Ingin rasanya meneruskan tulisan ini ke pihak Dinas Pendidikan DKI Jakarta, atau bila perlu hingga ke telinga Wagub DKI, Basuki Tjahja Purnama (Ahok). Tapi, saya bahkan belum punya data yang mendukung selain saksi si Ibu penjual nasi tadi.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan si anak tidak jadi bunuh diri...


0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More