Sabtu, 06 April 2013

Mengaku Partai Demokrat, Bergaya Komunis



Segenap penggerak atau kader Partai Demokrat (PD) sepertinya masih harus belajar haluan partai itu lebih dalam lagi. Selain ideologi yang tidak jelas, PD sesuai namanya seharusnya adalah partai demokrasi tapi  tampak jauh dari demokrasi itu sendiri.

Partai dengan ideologi demokrasi tapi tidak memiliki jiwa demokrat, maka apa yang  kita dapat simpulkan kecuali 'komunisme'?. Ada beberapa argumen yang menguatkan gaya komunisme terhadap PD sesuai hasil KLB kemarin, meskipun penulis tidak begitu memahami "komunisme sejati", karena kondisi komunisme di Rusia, China dan Kuba termasuk Vietnam begitu berbeda dalam implementasi realitasnya. Perbedaan yang membuat banyak pengamat Barat juga sering kesulitan memberi gambaran utuh apakah Komunisme atau Sosialisme atau Marxisme sedang berlangsung.

Kegagalan Vital Partai Demokrat

Kongres Luar Biasa (KLB) PD di Bali adalah bentuk kegagalan dalam berbagai aspek yang menimpa partai penguasa itu.

Kegagalan tersebut meliputi  kegagalan berdemokrasi. Dalam KLB memang desakan agar komando (Ketua Umum) berada ditangan SBY, sekilas suara kuat arus DPC dan DPD yang menginginkan SBY adalah bentuk demokrasi itu sendiri. Tapi apa yang terjadi adalah ketidakrelaan pemilik suara dalam KLB agar jabatan Ketua Umum berada ditangan orang yang pantas diberi kesempatan, dan itu adalah bentuk egoisme yang jauh dari kata demokrasi. Tidak ada pesaing dan persaingan (Azas suara rakyat).

Kondisi ini mengingatkan kita pada penunjukan  Xi Jinping oleh Partai Komunis Cina sebagai ketua mereka saat kongres tahun lalu. Pemilihan ini tidak serta merta menjadikan PKC disebut partai demoratis bukan?.

Kegagalan regenerasi juga menjadi faktor utama PD menjadi partai yang tidak bisa memilih seorang yang paling pantas diantara yang pantas memimpin partai itu. Seorang figur yang layak memimpin partai tidak selalu harus yang mampu menyatukan semua kader secara mutlak, tapi yang bisa diterima sebagian besar oleh mereka yang berkepentingan (azas suara terbanyak).

KLB Partai Demokrat tidak memberi ruang agar demokrasi berjalan sebagaimana mestinya dalam proses pemilihan ketua umumnya. PD terlalu panik akan elektabilitas mereka sehingga melupakan proses demokrasi itu sendiri dan itu adalah bentuk kegagalan sebuah partai yang menyandang nama Demokrat.

Kegagalan regenerasi ini juga berkaitan erat dengan kegagalan berdemokrasi lainnya, yaitu bahwa PD seolah menghindari keberadaan faksionalitas dalam sebuah organisasi. Sebuah partai yang berani menyandang embel-embel demokat/demokrasi seharusnya tidak menghindari perbedaan pendapat atau faksi faksi. Apa gunanya kata demokrasi jika tidak boleh/mau berbeda pendapat?

Keberadaan berbagai faksi/kelompok dalam sebuah organisasi atau partai tidak bisa dihindarkan, namun begitu keputusan suara terbanyak sudah didapat maka semua yang berbeda sebelumnya harus menghormati dan mengikuti pilihan yang terbanyak tadi. Menghindari keberadaan faksi dalam sebuah partai modern adalah bentuk lain dari kegagalan demokrasi.

Dalam pemilihan SBY sebagai Ketua Umum PD memang terdapat suara yang secara aklamasi memilih beliau, namun suara aklamasi adalah bentuk yang tanpa proses. Mereka yang punya potensi atau niat meramaikan pemilihan ketua partai  itu terlalu segan untuk bersaing dengan patron mereka. Ada juga yang tidak ingin dianggap membangkang atau sebagian lain terlalu patuh sebagai bagian dari kondisi yang mengkultuskan seorang SBY.

Disisi lain, memang kader PD dalam kondisi yang penuh kekhawatiran. Mereka belum mampu  melepaskan diri dari bayang bayang akan kehilangan kekuasaan dalam pemilu 2014 mendatang menurut hasil jajak pendapat.

Kekhawatiran merekalah (kader Demokrat) yang menumpuk diatas bahu seorang SBY.
Ketidakmampuan mereka dalam mengembangkan partai telah menjadikan SBY jadi 'pemain tunggal'. Egoisme dalam berorganisasi, rasa khawatir jauh dari kekuasaan serta ketidakrelaan jika orang lain menjadi ketua umum (merasa lebih hebat dari kader lain) menjadikan kader PD tanpa sadar telah mengarahkan SBY pada jalur 'penghancuran diri sendiri' (Self Destruction).

Apa yang bisa dilakukan seorang SBY (Sebagai ketua dewan pembina) jika orang orang yang dia bina selama ini tidak berkembang dengan baik? Kegagalan murid adalah kegagalan guru. Jika yang dibina tidak terbina dengan baik, maka sang pembinalah yang harus menanggung segalanya.

SBY dan PD mungkin bekerja keras dalam pencitraan yang selalu berusaha menonjolkan keberhasilannya selama menjabat sebagai Presiden. Akan tetapi SBY harus menerima kenyataan kegagalannya selama ini justru ter-ekspose (terlihat jelas) dari dalam 'kandangnya' yang berbanding lurus dengan kegagalan pertumbuhan ekonomi diatas enam persen dinikmati rakyatnya. Kegagalan ribuan trilliun APBN per-tahun mereduksi kemiskinan.

Partai Demokrat tetaplah sebuah partai yang hidup dialam demokrasi Indonesia, tapi partai itu sepertinya harus mengejar ketertinggalan mereka dari partai lain berkaca pada kegagalan diatas. Jika PD membudayakan cara instan seperti yang mereka tunjukkan pada KLB di Bali, maka PD harus meninjau kata "Demorat" dalam nama partai itu untuk diubah menjadi Sosialis atau Komunis.

Pemilihan SBY sebagai ketua partai adalah langkah mundur penuh kepanikan karena hasil lembaga survey, karena mental kader yang mudah jatuh pada lembah nista korupsi, ataukah PD memang hanya partai sesaat? Sesaat juara lalu terdegradasi alias bubar!!!
.
.

=SachsTM=

*Tulisan/opini ini hanya merujuk pada cara KLB ala PD di Bali, 2013.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More