Kamis, 25 April 2013

Olympus Has Fallen, Terlalu Klise

Beberapa kritikus film mungkin benar dengan menyebut "Olympus Has Fallen" sebagai menjemukan. Adegan lambat di awal cerita dan kemudian berjalan mulus dengan berbagai aksi yang menjadi ciri khas film garapan Hollywood berhasil membawa penontonnya pada tingkat adrenalin yang cukup memuaskan.

Kebosanan para kritikus dapat dimaklumi mengingat beberapa adegan yang anda akan temukan di OHF adalah adegan yang banyak  ditemukan di beberapa referensi film aksi yang sudah banyak dirilis sebelum ini.

Pembom bunuh diri? Ada!
Pesawat yang menembaki warga sipil? Ada!
Senapan Mesin di Garasi? Ada!

Sebenarnya cukup menakjubkan melihat rekayasa efek visual yang memanjakan mata dan imajinasi, namun adegan klise film aksi politik Amerika seperti bendera yang berlubang dengan slow motion, monumen bersejarah yang runtuh, ledakan dan kepulan asap dari dinding putih yang runtuh benar benar menjadi alasan bahwa film ini hanya sekedar pertunjukan yang menghibur. Tidak lebih, dan itulah letak yang membosankan bagi kritikus sekaligus yang menghibur penonton.

Namun seperti biasa, Hollywood tidak meninggalkan  'pride of Americana', istilah yang mewakili bahwa Amerika akan menjadi pemenang pada akhirnya. Bahwa banyak pahlawan di Amerika.

Mungkin kita perlu memikirkan alasan yang tepat selain untuk menikmati adegan ledakan dan bagaimana rasanya melihat keruntuhan Gedung Putih yang terkenal itu. Cerita yang sederhana dan plot yang ringkas memang tertutup dengan baik oleh kemegahan aksi Gerrard Butler yang memiliki dialog sedikit dan selalu berakhir dengan kata makian.
Atau mungkin penonton hanya akan mendapati Morgan Freeman yang termenung sebagai bagian dari cara menikmati film yang seru?

Bagaimanapun kita patut mengapresiasi film ini sebagai sebuah sarana untuk membangkitkan patriotisme gaya Hollywood. Dibandingkan dengan film film Indonesia yang hampir langka dalam menyelipkan nasionalisme dalam produksinya karena lebih tertarik dengan Pocong, Setan dan atau sebangsa dedemit lainnya termasuk tema cinta cintaan yang berakhir manis.

Penggunaan "Olympus"

Siapapun pengarang cerita OHF ini pasti sedang melihat realita terkini diluar konteks hiburan semata yang terbungkus rapi dalam paket rumah produksi Hollywood.

Penggunaan kode Olympus untuk menyebut Gedung Putih  bisa jadi untuk menegaskan pada seluruh Amerika dan dunia bahwa pusat kekuasaan di bumi ini ada di Amerika sana. Mengingatkan pada kita kita bahwa Presiden Amerika, Wakilnya dan Menteri Luar Negerinya adalah manusia paling berkuasa di dunia ini karena mengendalikan hampir setengah kekuatan militer dunia, Senjata Nuklir dan hegemoni ekonomi.

Sebuah alegori yang cenderung hiperbolis ini bisa juga untuk menunjukkan pada dunia bahwa kekuasaan Gedung Putih adalah kebanggaan yang Amerika yang tak terbantahkan. Pengandaian Gedung Putih sebagai Olympus juga merupakan isyarat bagi siapun yang sedang bekuasa disana kini dan kelak.

Sehingga bisa juga diterjemahkan sebagai pesan peringatan.

Peringatan  bahwa Olympus sedang menuju antiklimaks dari puncak kedigdayaan yang sebelumnya tak terbantahkan. Seperti halnya Olympus yang akhirnya runtuh karena persaingan sengit dari dua Polis terbesar di Yunani kuno, yakni Polis Athena dan Polis Sparta setelah kehancuran Tembok Emas Troya. Persaingan tak kenal lelah oleh kedua Polis utama ini memupuk apatisme masyarakat terhadap para dewa.

Ditambah kemunculan dan tak tertandinginya Romawi sampai kelahiran Kristen yang menggemakan Monoteisme lebih kencang daripada Yudaisme/Yahudi menjadikan Dewa Dewi Olimpus yang diwakili Akropolis ditinggalkan runtuh.

Demikian pula Gedung Putih seperti tercermin dari sarkasme Olympus Has Fallen. Simbol kekuasaan Amerika itu sedang digerogoti kekuasaan lain, di belahan bumi lain, seperti pembangkangan Korea Utara yang meningkat, Ketahanan Iran sampai (terutama) kebangkitan Naga Asia, China.

Belum lagi apatisme beberapa lapisan masyarakat Amerika sendiri yang tidak mempedulikan politik dan kekuasaan selain kepentingan hidupnya sendiri seperti tuntutan kesetaraan kaum homoseksual atas nama HAM hingga praktek aborsi yang menunjukkan keruntuhan moral manusia dari kemegahan sebuah peradaban yang manusiawi dan beradab. Degradasi moral atas nama jaminan  kebebasan dalam konstitusi dan HAM boleh jadi penyokong keruntuhan Olimpus-nya Amerika dari dalam Amerika sendiri.

Ah... Sudahlah... Bagaimanapun, Olympus Has Fallen adalah hiburan, film yang mencoba menghibur dan ternyata cukup menghibur.

Apakah kode Olimpus itu berlebihan atau tidak, itu urusan lain, sebab film terkadang lebih baik dinikmati sebagai hiburan saja... tidak lebih!!!.


;
;
=SachsTM=


0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More