Sabtu, 27 April 2013

Turki Semakin Dekat Bebaskan Gaza

Hingga PBB mengeluarkan resolusi sementara bagi negara Palestina, Amerika dan Israel menolak untuk mengakui Palestina dan bahkan setelah pemungutan suara PBB, posisi strategi mereka tidak berubah drastis. Semua teror dan operasi strategis lainnya terhadap warga Palestina sampai hari ini oleh AS-Israel ibarat teroris kembar dengan mengungkapkan niat mereka untuk menolak setiap upaya nyata komunitas internasional yang bertujuan untuk membentuk negara Palestina.

Melakukan segala upaya yang diperlukan untuk menunda  perdamaian di Timur Tengah sementara  Obama berpura-pura bahwa Amerika Serikat berupaya ikut membentuk Palestina. Namun para pemimpin Israel bahkan tidak berpikir tentang hal itu karena mereka menganggap orang Palestina tidak punya hak untuk eksis.

Jelas terlihat bahwa  Amerika lebih tertarik melakukan pembicaraan damai bagi Palestina bukan Israel yang berusaha merusak perdamaian di Timur Tengah dengan tidak membiarkan Palestina mendirikan negara mereka sendiri, di tanah mereka sendiri. Bahkan AS melalui DK PBB seolah sangat ingin melihat lahirnya negara Palestina yang akan membuat sebuah era baru stabilitas di Timur Tengah.

Israel dan promotor Zionis di Amerika Serikat dan Eropa sebenarnya hanya tertarik pada isu teror dan yang hanya mungkin jika krisis regional dan ketegangan berlanjut. Munculnya Palestina pasti akan membuka jalan bagi perdamaian global dan karena itu dianggap sebagai ancaman serius terhadap perdagangan senjata mereka.

Stabilitas di Palestina dapat dipastikan dengan mengakhiri pendudukan Zionis dan kejahatan di Palestina dan memperkuat posisi Hamas yang berkuasa di wilayah Gaza. Demokrasi tidak dapat diarsipkan dengan mendestabilisasi rezim yang terpilih secara demokratis di Gaza.

Amerika dan Israel melarang para pemimpin dunia untuk mengunjungi Jalur Gaza melawan keinginan komunitas global. Tetapi beberapa negara-negara Muslim telah menunjukkan minat membuat tantangan tersendiri bagi  si kembar teror USA-Israel.

Turki mengirim kapal bantuan ke Jalur Gaza dengan menerobos blokade Israel di sekitar Gaza. Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan, yang telah bertahun-tahun berusaha mewujudkan keinginannya untuk mengunjungi daerah pendudukan di Palestina. Ia juga pekan lalu mengatakan berencana untuk pergi pada akhir Mei setelah kunjungan resmi ke Amerika Serikat. Para diktator Amerika Serikat telah meminta pemimpin Turki untuk menunda kunjungan ke Jalur Gaza  agar tidak mengganggu upaya AS, jika ada, untuk menghidupkan kembali hubungan Ankara dengan Israel dan perundingan perdamaian Timur Tengah.

Bagaimana mungkin?

Menteri Luar Negeri AS, John Kerry mengatakan kunjungan penguasa Turki ke Gaza yang  sedang  diperintah dan dikendalikan oleh pihak Hamas mungkin mengalihkan perhatian dari upaya untuk menghidupkan kembali pembicaraan perdamaian Timur Tengah.

"Kami menghargai potensi kunjungan PM ke Gaza: Kami telah menyatakan kepada PM bahwa kita benar-benar berpikir akan lebih baik ditunda dan tidak harus dilakukan pada titik waktu ini," kata Kerry dalam konferensi pers di Istanbul.
"Kami pikir bahwa waktu kunjungan itu benar-benar kritis terkait dengan proses perdamaian kami mencoba untuk menenangkan dan bahwa kami berharap berbagai pihak menghindari sesedikit mungkin gangguan dengan berada di luar" tambahnya.

Amerika Serikat secara harfiah mati bersama dengan Israel untuk mengembalikan Turki ke dalam perangkap mereka. Obama bulan lalu mencooba membuat langkah pertama dalam rekonsiliasi antara kedua mantan sekutu, yang hubungannya dibekukan setelah pada 2010 lalu marinir Israel membunuh sembilan orang Turki di atas kapal laut bantuan Gaza.

Melihat tidak ada pilihan lain, Netanyahu meminta maaf pada Maret menjadi koleganya dari Turki itu (Erdogan) atas pembunuhan yang terjadi dan berjanji memberikan kompensasi kepada keluarga korban, memenuhi permintaan Turki.

Turki sendiri, tampaknya mengalah pada tuntutan keras mereka bahwa agar Israel menghentikan blokade atas Gaza.

Erdogan yang telah diharapkan untuk mengunjungi Gaza bulan ini  harus menunda perjalanannya atas permintaan dan bujukan dari Amerika Serikat seperti diatas. Dia akan ke Washington untuk bertemu dengan Presiden Barack Obama pada 16 Mei.

Rencana kunjungan Perdana Menteri Turki itu sebenarnya juga disiapkan untuk membicarakan hal yang sensitif bagi hubungan Turki-Israel setelah lama menjadi sekutu mesra. Sebuah delegasi Israel akan mengunjungi Turki untuk pertama kalinya dalam tiga tahun minggu ini sebagai tanda hubungan yang membaik dan Kerry mengatakan hasil kunjungannya adalah sebagian untuk membahas dengan para pejabat Turki pentingnya "menyelesaikan tugas" dalam memperbarui hubungan segitiga mereka.

Kerry telah mengunjungi wilayah itu beberapa kali dalam beberapa pekan terakhir, mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Tapi dia lebih terlihat sebagai mewakili negara kriminal Zionis, daripada kemanusiaan.

Kerry mengatakan ia ingin melihat perbaikan dalam kehidupan masyarakat di Gaza, membawa kebutuhan pokok ke wilayah itu, sambil mengurusi hubungan diplomatik penuh antara Turki dan Israel.

Israel menyerang Palestina, membunuh orang yang tidak bersalah yang  terkepung di sana, termasuk anak-anak dan perempuan, tetapi menegaskan Hamas harus meninggalkan aksi kekerasan sambil mentolerir fasisme ala Zionis. Penolakan Hamas untuk mengakui negara Yahudi digunakan sebagai ancaman dan alasan utama di balik blokade Israel atas wilayah laut Gaza.

 Eropa dan Amerika Serikat  yang menyebut Hamas berkuasa atas Gaza sebagai aksi teroris dan sejak lama menuntut Hamas menghentikan serangan yang berujung kekerasan dan mengakui Israel sebagai syarat untuk keberadaan mereka.

Tapi semua hanya topeng belaka karena Israel dan Amerika Serikat tidak ingin ada penyelesaian berbuah atas inisiatif Arab Saudi sejak 2002. Sebab menurut Amerika adalah bahwa hanya mereka yang bisa memecahkan masalah Palestina. Masalah  yang mereka buat tetapi mereka tidak ingin menyelesaikannya begitu saja.  Karena mereka butuh kekacauan agar konsumen tetap membeli senjata mereka.

Keteguhan Turki melalui PM Erdogan yang ingin menghentikan blokade atas Gaza patut dipuji, meskipun hubungan segitiga diantara mereka (Washington, Ankara dan Tel Aviv) kembali normal.
;
;
=SachsTM=

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More