Rabu, 19 Desember 2012

Kau Tetap Temanku


Pada waktu itu kau melintas dan kemudian duduk tak jauh dari hadapanku.


Aku berusaha semampuku untuk mengabaikanmu, tidak menganggapmu ada.


Namun apa daya, sekuat apapun aku mencoba mengalihkan diri darimu dengan berbicara apa saja dengan teman yang lain yang ada saat itu, telingaku tetap tidak dapat bekerjasama.


Suaramu tak dapat kutahan untuk menggetarkan kendangnya.


Suara yang sebenarnya kurindukan itu tetap menembus telingaku yang tanpa daya itu.


Kesulitan untuk melupakanmu semakin bertambah saat itu, sebab sebagian diriku memang tidak ingin meninggalkanmu.


Maafkan aku yang berusaha menghilangkanmu dari waktuku.


Kau tetap temanku walau kau menghilang atas kehendakku.(30/06/08)





=================

Dari tanggal 18 /06/2008

Teman… lihatlah aku.

Aku yang tidak mampu bercerita ini.
Yang harus menanggung isi hati dari curahan pikiran dj kepalaku yang sempit.
Tentu saja ada banyak orang disekitarku, bukan karena aku hidup dikota yang metropolis, sesungguhnya tidak satupun kutemukan diantara mereka sebagai tempat berbicara tanpa rasa malu yang akan kutuai nantinya.

Aku merindukan ketika kau ada dihadapanku.

Aku kehilangannmu saat kau didekatku. Dihadapanku dan didekatkupun engkau, betapa aku tak dapat menjangkaumu.

============


Teman…

Pernakah sekali saja dalam hidupmu, dalam kesendirianmu, dalam lamunanmu… engkau merindukanku? Memikirkanku?

Teman… tentu saja aku bisa hidup tanpamu, tetapi hidup seperti apakah itu nantinya?
Jika saat dekat aku kehilangannmu, kemudian bilakah tidak dapat kutemukannmu?

Ini adalah pilu di dalam hati yang sangat menyiksa. Sebuah kenyataan yang mungkin takkan terungkap. Dan kalaupun terungkap mungkin hanya engku sajalah yang tidak akan tahu tentang semua ini.

Teman… aku tidak akan tahu apakah yang akan kudapatkan dengan menjadi seperti ini.

Terkurung di lapangan luas.
Terpenjara dengan tembok maya dengan besi perintangnya.
Tentu saja duka dihati yang tidak terluka dan sesak di dada yang tidak terhimpit adalah keniscayaan, sebab aku sangat berduka walau kau tidak pernah melukaiku, dadaku begitu sesak pun kau tidak pernah memberi tekanan diatasnya.

Yah… kau tidak pernah melakukan semua itu.
Namun kau tampak seperti sumbernya bagiku sementara aku lah yang memulai. Memulai tanpa kusadari.

=======

Teman...
Ingatkah engkau ketika kita dalam rombongan besar?

Pulang dari acara pernikahan seorang pejabat dipantai utara Jakarta.
Engkau terjatuh dari kendaraanmu dan berdarah pada lututmu yang luka.
Engkau terlihat begitu lemah pada saat itu hingga aku ingin tampak kuat dihadapannmu walau sesungguhnya akulah yang begitu lemah dan tak mampu melihatmu dengan luka itu.
Sepertinya akulah yang sedang terluka.
Ingin ku ambil andaikan ada alat untuk itu, untuk mengambil rasa sakitmu.

Agar aku bisa menanggung deritamu.

Begitu sulitnya menyembunykan rasa itu agar tidak ada yang tahu.
Aku belum siap dan belum mampu meneima akibatnya.

Akibat yang mungkin ditimbukan jika aku membuka isi hatiku dihadapan orang lain.

==========

Teman… tahukah engkau bahwa semua itu terasa berat bagiku.

Sungguh hal ini menyiksaku hatiku seperti neraka yang digambarkan. Begitu menghancurkan tetapi tidak membuatmu mati, sebab engkau akan selalu dibarkan hidup untuk menikmati siksa yang menggiriskan itu.

Seharusnya aku bercerita, namun kepada siapa?
Siapa yang akan mau mendengarkan jika ternyata ini adalah cerita yang membuat muak sebagian orang?.

Cerita yang akan meraih cela dari masyarakat dan menuai serapah dari kerabat!. Aku jadi kelu dan bisu dengan hati yang bergejolak.

Kepalaku sumpek dengan pikiran penuh harap dan takut!!!.

Wahai… siapakah engaku sebenarnya bagiku hingga kau buat aku seperti ini?

Oh.. bukan kau tetapi akulah yang harus bertanya kenapa aku begini?

Bukan aku, sebab ternyata aku juga tidak menginginkan semua ini terjadi kan?

Aku tidak merencanakan untuk merasa seperti ini dan tidak menyangka ini akan terjadi.

Kau hanya seorang manusia biasa namun kenapa ini menjadi masalahnya?

Karena kita manusia maka mudah untuk saling membangkitkan rasa?

Lalu rasa macam apakah yang seharusnya tidak kita hiraukan?

Agar tidak tersiksa kemudian.

===============

Kalian para orang tua …
Yang karena kalian kami terlahir kedunia..
Yang membuka jalan pada fana…
Yang membesarkan kami dengan harap dan cita-cita..

Tahukah kalian?

Ada sisa-sisa racun dalam cangkir kalian. Cangkir yang kalian isi madu untuk kami minum. Kalian yang bertanggung jawab atas hidup anak-anak kalian yang belum bisa berdiri. Membebani kami dengan sepikul keranjang penuh harap.
Kalian mengajarkan cinta tanpa sadar menanamkan rasa benci dihati mereka. Kalian yang menyayangi mereka, menjauhkan mereka dari kasih. Berharap mereka hidup dan menjalaninya sesuai dengan keinginan kalian. Impian masa kecil kalian, kalian inginkan terwujud melalui mereka. Dendam kalian ingin balaskan melalui mereka. Apa yang tidak dapat kalian raih dan nikmati menjadi tugas mereka. Dan kalian orang orang tua yang merasa bijak, lihatlah apa yang terjadi dengan anak anak itu.

=============

Kebetulan habis pulang dari renang di wilayah Harmoni Jakarta, saya iseng iseng jalan kaki menuju Monas ( Monumen Nasional ). Ini kan malam minggu?... jadi ada air mancur menari yang diperkaya dengan lampu warna warni dan diiringi musik lokal yang bermacam macam di tempat tersebut.


Saya berhasil mengambil beberapa momen penuh warna dengan kamera HP. yang kurang bagus sebenarnya untuk bidikan malam hari. Tapi saya senang dengan hasilnya yang buram itu, namun kesannya polos dan amatir.

Mungkin jika saya menggunakan kamera digital dengan 8 megapixel lebih, hasilnya akan memuaskan.
Namun untuk ukuran iseng iseng - seperti yang saya sebutkan sebelumnya - hasil jepretan saya ini cukup memuaskan. :)

Saya jadi punya 'IDE' ... ( mungkin untuk setiap tulisan di blog ini untuk sementara akan saya lampirkan gambar hasil jepretan saya ). Hmmmh... ide yang bagus kan? :))
==============
Aku benar-benar menyesalkan Cintanya.

Cinta yang ternyata kutangisi belakangan ini ( lebay mode on :P ).

Aku tahu itu pahit baginya. Tapi sebenarnya lebih pahit bagiku Aku yang tidak mampu ini...

Kalau memang jodoh pastilah bersatu pada akhirnya walau berusaha pergi kemanapun ( basi banget ya :D LOL.. )

=================

Kebaikannya tak bisa kulupakan, kebaikan yang mengundang air mataku Itulah kebaikan selayaknya seorang kekasih

Akupun ingin memilikinya bahkan berharap menikahinya karena yakin takkan salah

Aku akan bersujud kepada ayah dan ibunya kalau cara mendapatkannya adalah kesalahan

==============

Ternyata kehancuran menghantui niat Adat dan kebiasaan menjadi jalan untuk menjauhkannya dariku

Seperti jarak Jakarta - Siantar Dimana tak seorangpun yang kukenal

Coba kalau hanya Medan - Belawan Mudah bagiku menemukannya untuk menghapus rindu

++++++++++++++++++

Dulu pernah ada harap
Saat siang merayap gelap
Datang lalu terlelap
Bergegas lenyap

Ya.. dulu sekali pernah ada janji
Kata tanpa uji
Suara tanpa bunyi
Kemudian sembunyi

Mungkin dulu itu hanya permainan
Pemain dan lawan
Wasit jadi halangan
Menyisakan kehilangan

Dulu setahun berlalu
Berjalan tersendu
Riuh bergemuruh
Bersama awan tanpa langit biru

=ASATM=

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More